Selasa, 01 Juli 2014

Pencapan pada Bahan Selulosa


Pencapan pada bahan selulosa dapat dilakukan pada bahan yang sudah
berwarna maupun kain  yang  belum berwarna atau putih, Pencapan pada
bahan selulosa dapat digunakan dengan berbagai jenis zat warna sesuai
dengan bahan yang dicap. Pembahasan tentang pencapan pada bahan
selulosa ini dibatasi hanya pada pencapan kain kapas.  Zat warna yang dapat
digunakan antara lain :

10.4.1. Pencapan Selulosa dengan Zat Warna Direk

Zat warna direk termasuk golongan zat warna langsung yang dapat mewarnai
serat. Zat warna direk  kebanyakan berbentuk bubuk. 
Sifat zat warna direk  mudah luntur dalam pencucian, maka jarang digunakan
dalam proses pencapan, kekurangan ini dapat diperbaiki dengan pengerjaan
lebih lanjut dengan larutan garam tembaga dan sekaligus memperbaiki sifat
tahan sinarnya. 
Pemakaian zat warna direk pada saat ini telah banyak digantikan oleh zat
warna lain seperti Reaktif dan zat warna Pigmen karena hasilnya mempunyai
sifat ketahanan yang lebih baik. Macam cara pencapat zat warna direk :

1. Pencapan langsung
Pencapan ini dilakukan pada kain kapas putih, pasta cap mengandung Natrium
Hidrofosfat, alkali dan pendispersi, pembasah dan albumine. Albumine
albumine berfungsi untuk meningkatkan ketahatahanan luntur warna terhadap
pencucian. ada 2 jenis albumumine  yaitu albumine telur untuk warna muda
dan albumine darah untuk warna tua.

Contoh :
Resep A
 5 –  40 g  zat warna direk
  390 – 330 g  air panas 
 5 –  30 g  natrium fosfat
 500 – 500 g  pengental 
 tragan (65 : 100)
100 – 100 g  larutan 
         albuna (1 : 1)
    1000 g  pasta cap


Resep B
 10 –  30 g  zat warna direk
   20 g  urea
 550 g  pengental tragant 65 : 100
 15 g  natrium fosfat
 65 g  tapioka
         
    1000 g  pasta cap 
305
Resep C
 10 –  30 g  zat warna direk
   60 – 60g   urea
 260 – 290 g air panas
 650 – 650  g  gom arab
 20 – 20  g  natrium fosfat
         
    1000 g  pasta cap

Resep D
 10 –  30 g  zat warna direk
  160 g  urea
 270 g  air panas
 550 g  pengental manutex 3%
 10 g  natrium fosfat
         
    1000 g  pasta cap

Urutan kerjanya sebagai berikut :























Cara pemberian pasta cap adalah sebagai berikut :
− Zat warna dan zat lain yang berupa kristal dilarutkan dulu dengan air
panas.
− Larutan zat warna dicampur dengan larutan urea ditambah larutan
pengetal.
− Terakhir tambahkan larutan natrium fosfat.
Pencapan   Pengeringan  Penguapan
½ - 1 jam
Dibilas dengan air panas
yang mengandung :
20 – 50 g/l garam glober
          2 ml/l Tmofix
          6 g/l Fixanol
Dibilas
Keringkan 
306

− Urea untuk membantu kelarutan zat warna dan membantu pasta cap
besifat higroskopik.
− Jika dalam praktik, kesukaran menghilangkan pata cap, maka pada larutan
pembilas ditambah zat pencuci misal minol KB sebanyak 2 ml/l.

Beberapa contoh zat warna direk yang seringkali digunakan dalam pencapan :
− Chlarazon  (ICI)
− Chlarantine (CIBA)
− Cuprofix (Sandoz)
− Cuprophenyl  (Geigy)
− Diphenyl (Geigy)
− Durozol (ICI)

2. Pencapan tidak langsung 
1)  Pencapan etsa putih
Pencapan etsa putih dilakukan pada bahan tekstil yang dicelup dengan zat
warna direk. Pada prinsipnya hampir sama dengan pencapan direk, hanya zat
warna direk diganti dengan zat pereduksi sedangkan bahan dasar dicelup
dengan zat warna direk. 

Pada cara ini zat warna direk akan direduksi oleh zat-zat pereduksi seperti
Ronggalit C (formaldehid suftoksilat) dan seng oksida (ZuO2) atau titan oksida
(TiO2) untuk membuat putih pada bagian yang dicap dengan zat reduktor
tersebut.

Contoh resep sebagai berikut :
  200 g Ronggalit C
 180 g Seng Oksida (1 : 1)
 500 g Pengental
 120 g Air
     1000 g Pasta cap

 150 – 200 g Ronggalit C
 300 – 250 g Air 
 550 – 550 g Pegental
             1000  g Pasta cap

Urutan kerjanya sebagai berikut :









Pencapan   Pengeringan  Penguapan 
1 – 2 jam 
Bilas 
air panas
Cuci
bersih
Keringkan 
307
2) Pencapan etsa warna

Etsa warna atau dengan istilah lain bont etsa adalah pencapan yang dilakukan
pada bahan yang telah berwarna. Kain yang telah diwarnai dengan zat warnai
direk  dicap dengan pasta cap yang mengandung zat pereduksi dan zat warna
lain. 

Penghilangan warna dasar dan pemberian zat warna baru dikerjakan dalam
waktu yang sama pada proses fiksasi.  Zat warna yang dicapkan harus tahan
terhadap zat –zat yang digunakan untuk menghilangkan warna dasar misalnya
Ronggalit C.

Zat  warna yang ditambahkan dalam pasta antara lain zat warna bejana, zat
warna basa, dan zat warna  mordan.

Contoh resep pencapan etsa warna zat warna direk :

   30 – 40  g zat warna  basa
     30 – 30  g gliserin
 180 – 200 g resarsin 1 : 2
     80 – 80  g air
 230 – 200 g air
 230 – 200 g gain arab
     80 – 80  g minyak anilin
 100 – 120 g tanin alkohol  1 : 1
 200 – 20 g terpentine
       1000 g pasta cap

Urutan kerjanya sebagai berikut :



















Pencapan   Pengeringan  Penguapan
5 menit suhu
1010
C
Iring
5 – 10 g/l
batu anggur
Bilas
Keringkan 
308

Untuk warna dasar dari zat warna direk yang baik tahan lunturnya, maka sudah
pembilasan dapat dikerjakan iring dengan larutan sopamine Ms sebanyak          
3 – 4 g/L.

10.4.2. Pencapan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif

Pencapan kain kapas dengan zat warna reaktif banyak digunakan karena di
samping pilihan warna yang banyak juga dapat dikerjakan dengan kondisi yang
sederhana.

Dengan ukuran molekul yang kecil dan larut dengan baik di dalam air maka zat
warna reaktif memiliki kemampuan cepat berdifusi ke dalam serat dan hasil
pencapannya mempunyai kilau yang tinggi. Zat warna reaktif dapat
mengadakan reaksi dengan serat selulosa (kapas) membentuk ikatan kovalen
sehingga ketahanan lunturnya sangat baik.
 
         alkali
D – SO2 – CH = CH2 – Sel – OH       D – SO2 – CH2  – CH2  – O – Sel
zat warna      serat             zat warna dan serat selulosa
selulosa                        (kapas)


Berdasarkan kereaktifannya dikenal dengan dua jenis zat warna reaktif yaitu
zat warna  reaktif dingin dan zat warna reaktif panas. Zat warna reaktif dingin
lebih reaktif (misal dikhlorotriazin) dari pada zat warna reaktif panas (misal
monokhlorotriazin).

Faktor penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan zat warna rekatif
adalah kestabilan pasta capnya dan kemungkinan terjadinya penodaan warna
dasar saat pencucian.  Oleh karena zat warna reaktif bersifat reaktif terhadap
beberapa jenis senyawa, maka dalam pencapan harus dipakai pengental yang
tidak mengadakan reaksi dengan zat warna tersebut.

Bahan pengental yang memenuhi syarat adalah senyawa natrium alginat yakni
pengental yang dibuat dari agar-agar rumput laut dan dalam perdagangan
dikenal dengan nama manutex.  Pengental sintetik dari jenis asam poliakrilat
dapat digunakan sebagai pengganti natrium alginat serta dapat memberikan
hasil pewarnaan yang lebih memuaskan dan lebih mudah dihilangkan.
Pengental emulsi penuh dan setengah emulsi juga dapat digunakan.

Pemilihan jenis alkali berdasarkan pada kereaktifan zat warna yang digunakan
serta kestabilan pasta capnya adalah natrium bikarbonat selain harganya
murah juga memberikan kestabilan pasta cap yang tinggi. Penambahan alkali
pada pasta cap sebaiknya dilakukan pada saat pasta cap digunakan untuk
menghindari hidrolisa zat warna. Jika digunakan zat warna reaktif yang
mempunyai kestabilan yang cukup tinggi dapat digunakan natrium karbonat
atau soda kostik karena akan memberikan hasil pewarnaan yang lebih tinggi.
 
309
Untuk menjaga kestabilan zat warna ke dalam pasta cap dapat ditambahkan
zat anti reduksi dan sebagai zat higroskopis dapat juga digunakan urea.
Urutan proses pencapan dengan zat warna reaktif dapat digambarkan dengan
berbagai macam cara fiksasi yaitu :



 













Proses fiksasi sangat penting karena terjadi ikatan kovalen antara serat
selulosa dengan zat warna reaktif. Waktu proses fiksasi yang terlalu lama dari
ketentuan akan menyebabkan turunnya hasil pewarnaan yang disebabkan
ketidakstabilan ikatan kovalen serat dengan zat warna di bawah kondisi alkali.

Oleh karena itu kondisi fiksasi yang tepat sangatlah penting baik ditinjau dari
segi ekonomis juga hasil pewarnaan yang tinggi, penentuan kondisi fiksasi
tersebut bergantung pada tingkat kereaktifan zat warna.  Selama proses fiksasi
berlangsung selain terjadi ikatan kovalen juga terjadi hidrolisa zat warna oleh
air, sehingga tidak ada lagi zat warna tersisa dalam bentuk reaktif.  Zat warna
yang terhidrolisa tersebut harus dihilangkan secara sempurna dari kain pada
proses pencucian.

Pencapan zat warna reaktif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Pencapan satu tahap (all in method)
Pada cara ini pasta cap yang digunakan mengandung alkali, contoh resep  :
 Zat warna reaktif 10 – 80 g
Urea  50 – 200 g
Air panas  x g
Zat anti reduksi 10 g
Pengental (2 – 12%) 500 g
atau pengental 
setengah emulsi
Soda abu  25 g
Air / pengental   y g
 Jumlah   1000 g 
   pasta cap
Pencapan   Pengeringan   Fiksasi :
− Penguapan 
− Padd alkali
− Diangin-angin
− Thermofik

Pembilasan
Pengeringan  
310

Persiapan pasta cap dilakukan dengan mencampur zat warna  dengan urea
dan air panas, urea akan membantu melarutkan zat warna. Setelah
ditambahkan zat anti reduksi (digunakan untuk mencegah kemungkinan
terjadinya reduksi zat warna terutama zat warna yang mempunyai inti azo),
pengental alginat ditambahkan diaduk-aduk hingga homogen dan dibiarkan
dingin. Alkali ditambahkan terakhir (bisa digunakan soda kue, soda abu atau
campuran kalium karbonat dan sedikit soda kostik)

Pasta pengental setengah emulsi dapat dipersiapkan sebagai berikut :
− Air dingin 150 g
− Zat pengemulsi   20 g
− Minyak tanah 430 g
− Pengental alginat 400 g
(2 – 12%) _____         
Jumlah   1000 g

Penggunaan pengental setengah emulsi ini  untuk memperoleh hasil pencapan
dengan motif-motif yang halus dan tajam, hal ini sulit diperoleh pada pengental
aglinat.  Konsentrasi pengental alginat dipersiapkan tergantung pada viskositas
alginat yang digunakan. 

Berikut adalah beberapa konsentrasi pengental yang mengacu pada viskositas
masing-masing.
Alginat dengan viskositas tinggi 2-4%
Alginat dengan viskositas medium 4-8%
Alginat dengan viskositas rendah  2-4%

Alur pencapan satu tahap dapat digambarkan sebagai berikut :



















Pencapan
dengan pasta
alkali
Pengeringan
Fiksasi
penguapan/
udara panas
Pembilasan 
Penyabunan
Pencucian
Pengeringan 
311
Fiksasi pencapan zat warna reaktif 
Fiksasi  dapat dilakukan dengan beberapa metoda fiksasi, seperti  metoda
perangin–angin, metoda pengukusan (steaming), udara panas (Thermofiksasi),
dan pengerjaan dalam larutan kimia (Wet Development ).
• Dengan cara penguapan / pengukusan
Fiksasi dengan pengukusan /penguapan untuk zat warna reaktif efektif
dilakukan dengan uap jenuh (saturated steam) pada 100- 1030
C selama 3 – 10
menit.  Waktu penguapan bergantung pada tingkat kereaktifan zat warna,
fiksasi dapat dpercepat dengan suhu lebih tinggi 130 – 1600
C selama 1 – 5
menit. Penambahan urea sebanyak 50 – 200 g/kg sebagai zat higroskopis
sangat penting   untuk menjaga kelembapan pasta cap dan  reaksi zat warna
dengan serat terjadi sesuai yang diinginkan.

• Dengan udara panas
Fiksasi dengan udara panas sesuai diterapkan untuk zat warna reaktif yang
memiliki kereaktifan  dan afinitas yang rendah (zat warna reaktif panas).
Penambahan urea 100 – 200 g/kg pada pasta cap sangat penting untuk
menjaga kelembaban pasta cap.  Temperatur udara panas antara 140 – 1600
C
selam 3  - 6 menit atau 1 menit pada suhu 1800
C.

• Dengan pengangin-angin
Cara ini dilakukan jika zat warna reaktif yang digunakan mempunyai reaktifitas
yang tinggi (zat warna reaktif dingin).  Dalam hal ini jumlah soda abu di atas
diganti dengan campuran soda abu 5 g dan 20 g soda kue, setelah dicap kain
diangin-anginkan selama 24 – 48 jam.

2. Pencapan dua tahap
Pada proses pencapan dua tahap, pasta cap yang digunakan adalah netral,
tidak mengandung alkali dan pemberian  alkali dilakukan dengan proses
tambahan dengan cara :
- Benam peras – pengukusan (pad-steam)
- Fiksasi – basah (wet- fixation)
- Pengerjaan awal alkali (alkali pretreAtment)
- Benam peras – bacam (Padd – batch)

1).  Benam peras – pengukusan (Padd steam)
Pasta cap terdiri dari :
 Zat warna     10 – 80 g
Urea 0 – 50 g
Air            200 g
Zat anti reduksi           10 g
Pengental alginal 400 – 500 g
(2 – 12%)
Air/pengental         x g
Jumlah  1000 g

Untuk larutan padd alkali sebagai berikut : 
312

Elektrolit (Natrium 150 g/l
khlorida) 
Soda abu 150 g/l
Potas (KOH) 50 g/l
Soda Kontik 380
Be 40 g/l
Setelah kain dicap dengan pasta netral dan keringkan kemudian dilakukan
proses pengerjaan dalam larutan alkali. Pemasukan dalam larutan  alkali  dapat
menggunakan  nip – padder setelah pengerjaan larutan alkali kemudian 
diangin-anginkan sebentar. Dilanjutkan dengan pengukusan pada suhu                
120 – 1300
C selama 30 – 60 detik. Pencucian harus segera dilakukan untuk
menghilangkan sisa zat warna yang tidak terfiksasi.

2). Fiksasi basah (Wet fixation)
Untuk prosesnya dan zat yang digunakan sama dengan proses benam peras
hanya fiksasinya di dalam bak yang  mengandung :
Elektroli 100 g/l
Soda abu  150 g/l
Kalim bikarbonat 50 g/l
Soda kostik 380
Be 50 g/l

Pengerjaan di dalam larutan alkali selama 10 – 20 detik pada suhu 95 – 1030
C,
dan proses tersebut tidak cocok untuk kain rayon viskosa.

3). Pengerjaan awal alkali (Alkali pretreatment)
Pencapan dua tahap dengan pengerjaan awal alkali (alkali pretreatment)
dengan cara pemberian alkali sebelum kain dicap dengan pasta netral. Hal ini
dikerjakan pada produksi dengan skala kecil dengan larutan alkali sebagai
berikut :
Soda abu 50 – 100 g/l
Elektrolit 50 g/l
Efek peras  70%
Urea 200 g/l

Setelah kain dibenam peras larutan alkali dan ditambah urea kemudian
dikeringkan. Setelah kering kain dicap dengan pasta cap netral, dikeringkan
dan selanjutnya difiksasi dengan pengukusan pada suhu 105o
C selama 3 – 10
menit. Perlu diperhatikan bahwa pengeringan setelah benam peras dalam
larutan alkali tdak boleh terlalu kering .

4). Benam peras – bacam (Padd batch)
Setelah kain dipadd dengan larutan natrium silikat pada suhu 400
C dengan
WPU 70 – 80% untuk membantu penetrasi dan mengurangi viskositas kain
digulung pada rol batching dan  dibungkus plastik untuk mencegah
pengeringan oleh udara. Proses bacam dilakukan selama 6 – 12 jam.

 
313
Pencapan etsa putih
Proses pengetsaan zat warna reaktif dapat dikerjakan dengan suatu asam atau
zat pereduksi, misalnya asam sitrat, asam laktat atau formaldehid sulfoksilat
(ronggalit) dengan contoh resep sebagai berikut :
 
Resep:
50 – 150g Ronggalit
 50 – 100 g Indigosol 
   Resist A
350 – 150 g Air dingin
500 – 500 g Gom arab 1 : 1
 50 – 100  g Seng oksida 1 : 1
 1000 g Pasta cap

Cara prosesnya sebagai berikut :
− Bahan dipadd dengan zat warna reaktif yang tidak mengandung alkali
− Dikeringkan
− Dicap dengan pasta etsa dan keringkan lagi
− Dipadd dengan zat fiksasi
− Diuap selama 2 – 10 menit
− Dibilas dengan air dingin
− Disabun, dibilas dan keringkan

10.4.3. Pencapan Zat Warna Bejana

Pencapan bahan selulosa dengan zat warna bejana pada umumnya
mempunyai ketahanan luntur warna yang tinggi.

Zat warna bejana merupakan pigmen organik yang dapat dilarutkan dengan
zat-zat reduksi dalam suasana alkali. Zat warna yeng telah direduksi   dapat
terserap oleh serat dan pemakaian zat pereduksi begantung pada zat warna
yang dipakai.

Dalam pemakaiannya terdapat dua jenis zat warna menurut struktur kimianya
yaitu golongan indigoida dan golongan antrakinon.  Golongan zat warna bejana
indigoida dapat direduksi oleh reduktor lemah dan dalam suasana alkali yang
lemah, sedangkan zat warna bejana golongan antrakinon harus direduksi
menggunakan zat reduktor yang kuat dalam suasana alkali kuat, menjadi
bentuk leuko yaitu zat warna bejana yang larut.  Setelah leuko zat warna
terserap oleh serat, bentuk leuko tersebut harus dikembalikan ke dalam bentuk
zat warna semula melalui proses oksidasi. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki
ketahanan luntur warna di dalam serat.

Pengental dipilih pengental yang tahan terhadap alkali konsentrasi tinggi yang
terkandung di dalamdpasta cap yaitu campuran starch – eter dengan gom atau
sejenisnya. Karena pengental campuran tersebut memiliki kelebihan-kelebihan
antara lain hasil pewarnaan yang tinggi, tahan terhadap alkali konsentrasi tinggi
mudah dihilangkan dalam pencucian. 
314


Zat higroskopis sekaligus sebagai zat pembantu pelarutan zat warna juga
membantu penetrasi zat warna ke dalam serat dan fiksasi zat warna.  Jenis zat
yang bisa digunakan antara lain gliserin, dietilen glikal, teodietilen glikal (glycine
A, glydote B), urea dan lain-lain, karena di samping memberikan warna yang
tua juga kerataan yang baik.
Zat pendispersi seperti solution salt B atau solution salat SV, diperlukan untuk
membantu migrasi penetrasi, peralatan dan fiksasi zat warna ke dalam serat.

Alkali yang bisa digunakan pada pencapan zat warna bejana adalah kalium
karbonat, soda abu, sodal kostik dan kalium hidroksida dan jenis lain seperti
soda kue, sodium bisulfit, trisodium fosfat, amonium hiroksida dan boraks.
Alkali lemah digunakan dalam pereduksian zat warna bejana yang mudah
tereduksi (golongan indigoida) seperti kalium karbonat karena memiliki sifat
kelarutan yang lebih tinggi dan sant membantu dalam proses reduksi. 

Zat pereduksi zat warna bejana banyak digunakan adalah natrium sulfaksilat
formaldehida (NaHSO2, CH2O, 2H2O) diperdagangkan dengan nama Ronggalit
C, Formusul 6. Sedangkan natrium hidrosulfit, glukosa dan dekstrim digunakan
dalam skala yang terbatas.

Prosedur pencapan dengan zat warna bejana dapat diklasifikasi ke dalam dua
cara, yaitu cara satu tahap, yaitu pasta cap mengandung zat pereduksi, biasa
dikenal dengan cara alkali karbonat.  Cara dua tahap yaitu pasta cap netral
tidak mengandung alkali kemudian zat pereduksi diaplikasikan pada tahap
kedua, yaitu cara padding dikenal dengan nama benam peras penguapan
(Padd steam).

1.  Pencapan satu tahap (cara alkali karbonat)
Natrium sulfoksilat formaldehid (Ronggalit C) stabil pada temperatur rendah
dan  akan teraktivasi pada temperatur 1000
C dan reaksi reduksi berlangsung
dengan adanya suasana alkali.  Hal ini terjadi pada saat proses pengukusan
(steaming) oleh karena itu dimungkinkan pencapan zat warna bejana satu
tahap.

Pasta cap mengandung alkali reduktor tersebut dapat stabil dalam
penyimpanan sebelum digunakan dalam proses pencapan dan pengeringan
hanya sedikit menurunkan kekuatannya saja.

Resep satu tahap sebagai berikut :
Pengental induk terdiri :
Pengental starchgun 400 g
Kalium karbonat 150 g
Gliserin 50 g
Natrium sulfoksilat 150
Formaldehida  
Air/pengental x g
Jumlah 1000 g

Pasta cap :  
315

 Zat warna bejana 100 – 200 g
Zat pendispersi 30 g
Pengental induk 650 g
Air/pengental x g
Jumlah   1000 g
Pengental GD (Campuran gom dan dekstrin) terdiri dari : 
Gom Inggris atau  450 g
dekstrin
Air   250 g
Gom peregal  300 g
  Jumlah  1000 g
  Pasta pengental

Pasta cap pengental GD
1.  Zat warna bubuk 40 g
 Gliserin 60 g
 Air  100 g
 Pengental GD 530 g
 Ronggalit C 60 g
 Air  210 g
  Jumlah  1000 g
    Pasta cap
  
 2. Zat warna pasta 120 g
 Staroksida pasta 50% 30 g
 Glecine A  60 g
 Pengental GD 150 g
 Air  190 g
Kostiksoda 380
Be 450 g
 Jumlah   1000 g
   Pasta cap

Pengental Induk TTV  (Campuran Tapioka, Tragan, Olif)
Kanji tapioka  120 g
Air  650 g
Tragan 65/1000 200 g 
Minyak olif 30 g
 Jumlah   1000 g
  Pasta pengental

Pasta cap pengental TTV
1. Zat warna pasta150 – 400 g
 Glycine A 50 – 80 g
 TTV  60 g
 Natrium karbonat 60 – 60 g
 Minyak 30 – 40 g
 Ranggalit C1:1 140 - 140 g
  Jumlah  1000 g 
316

   Pasta cap

2. Zat warna pasta  300 g
 Gliserin 80 g
 TTV 350 g
 Kalium karbonat 120 g 
Ronggalit C 1 : 1 1500 g
 Jumlah                      1000 g  Pasta cap


Cara kerja :



















Oksidasi yang kurang sempurna akan menghasilkan ketahanan luntur yang
rendah, sedang oksidasi yang berlebihan akan terjadi perubahan arah warna
yang dioksidasi.  Sebaiknya sebelum  oksidasi kain dibilas dengan air dingin
untuk mengurangi alkali karbonat dari kain serta melunakkan lapisan pasta cap.

Contoh resep oksidasi :
Natrium perborat 2 – 4 g/l
Asam asetat (30%) 5 g/l
Waktu 5 – 15 menit
Suhu 60 – 700
C

2.  Cara dua tahap (padd steam)
Cara ini dapat disebut juga metode tradisional dimana zat reduktor dalam alkali
diaplikasikan pada kain secara terpisah dengan pasta cap. Dengan cara ini
maka oksidasi prematur zat warna dapat dihindari.

Tahap pertama pencapan pada kain di mana pasta cap hanya berisi zat warna
dan pengental. sedang reduktor alkali diaplikasikan pada kain dengan cara
benam peras  (padding) tahap berikutnya adalah  pengukusan  (steam), proses
Pencapan   Pengeringan  Fiksasi
penguapan
Pembilasan 
Penyabunan
Pencucan
Pengeringan
Oksidasi 
317
ini harus segera dilakukan setelah benam peras mengingat reduktor natrium
hidrosulfit penguraiannya oleh udara berjalan lebih cepat.  Selanjutnya bahan
dilakukan oksidasi, pencuaian dan pengeringan.

Resep pencapannya sebagai berikut :
• Zat warna bejana     50 – 250 g
• Pengental starch- 350 g
tragacant 
• Pengental metil 250 g
selulosa (4%)
• Air/pengental (balance) x g
Jumlah 1000 g

Larutan padd alkali reduktor antara lain :
1). Dengan natrium sulfoksilat formaldehid-kalium
• Natrium sulfoksilat  100 g/l
formaldehid
• Kalium karbonat 100 g/l
• Gliserin 100 g/l
• Zat pembasah anionik 3 g/l
• Elektrolit (garam  50 g
glouber)

Cara di atas setelah kain benam peras alkali reduktor dengan efek peras 70%.
Kain dibiarkan dalam udara terbuka + 1 menit Kemudian dilanjutkan proses
pengukusan  (steam) pada temperatur 110 – 1150
C selama 8 – 20 menit,
proses oksidasi, pembilasan, penyabunan, pencucian dan pengeringan.

2). Dengan natrium hidrosulfit-soda kostik
• Natrium hidrosulfit  200 g/l
• Gliserin  15 g/l
• Zat pembasah anionik 3 g/l
• Elektrolit (garam  40 g
glouber)

Setelah pencapan, pengeringan, benam peras  alkali reduktor dengan efek
peras 70%. Kain dibiarkan dalam udara terbuka selama beberapa detik
Kemudian dilanjutkan proses pengukusan  (steam) pada temperatur 110 –
1150
C selama 4 – 10 menit, setelah pengukusan dilanjutkan proses oksidasi,
pembilasan, penyabunan, pencucian dan pengeringan.

Pencapan etsa 

1. Etsa putih
Pengetsaan zat warna bejana jarang dikerjakan karena sukar. Pengetsaan
tersebut biasanya dikerjakan dengan Ronggalit C ditambah zat pembantu
Leucotrop atau Antrakinon untuk menambah daya pereduksinya.  Dalam
perdagangan telah dikenal Ronggalit CL yang merupakan campuran Ronggalit 
318

C dan Leucotrop. Zat warna bejana yang sering dietsa ialah indigo dan zat
warna jenis indigoida. 
Zat warna jenis antrakinoida jarang dietsa karena tahan terhadap zat
pereduksi.
Beberapa contoh resep pasta pereduksi (etsa putih) adalah sebagai berikut :
  435 g pengental gom 1 : 1
  152 g seng oksida
  15 g antrakinon 15
  48 g gliserin
  200 g Ronggalit CL
  50 g Rongalit C
  100 g Air
  1000 g pasta cap
  160 g gom Inggris
  600 g alumunium khlorat 220
Be
  140 g natrium khlorat
  20 g kalium ferosianida
  80 g air
   1000 g pasta cap

  375 g pengental tapioka
  200 g natrium khlorat
  200 g kaolin
  50 g kalium ferosianida
  100 g asam nitrat
  75 g air
   1000 pasta cap

  250 g natrium bikhromat
  430 g air
  70 g soda kostik
  250 g gom Inggris
 1000 g  pasta cap

Setelah dicap, kain dikeringkan kemudian diuap selama 5 menit. Bagian yang
dicap setelah keluar dari steamer harus berwarna kuning dan setelah dicuci
tidak boleh berubah menjadi warna aslinya. Apabila terjadi perubahan warna,
maka berarti waktu penguapan kurang dan harus diulangi lagi.

2. Etsa warna 
Untuk pengetsaan berwarna dipakai zat warna bejana yang tahan terhadap
pasta etsa.
Contoh resep pencapan etsa berwarna yaitu :

-  100 g seng oksida
  80 g air
  20 g gliserin 
319
  40 g antrakinon 30%
  70  g Leucotrop O
  150 g Ronggalit CL
  540 g pengental gom 1 : 1
  1000 g pasta cap
-  60 g seng oksida
  60 g air
  160 g Ronggalit C
  350 g pengental gom
  35 g zat warna bejana umpama Oxamin Gelb 3 G
  60  g gliserin
  235 g pengental gom 1 : 1
  40 g antrakinon 30%
  1000 g pasta cap

-  336 g pengental tapioka
  36 g Ronggalit C
  96 g Ronggalit CL
  24 g antrakinon 30%
  60 g air
  48 g seng oksida
  75 g pasta zat warna bejana
  90 g ferrosulfat
  15 g garam timah
  220 g pengental gom
  1000 g Pasta cap

Jika warna yang digunakan untuk bont etsa warna kuning, maka tidak perlu
menggunakan ferrosulfat.
Kain yang telah dicap, kemudian diuap (seperti pada pencapan etsa putih),
dikerjakan dengan larutan soda kostik 200
Be pada mesin cuci lebar selama 20
detik, dinetralkan dan akhirnya dicucu bersih.

Pencapan rintang
Pencapan rintang dengan zat warna bejana adalah pencapan dengan
menggunakan suatu zat yang dapat menghalang-halangi tercelupnya bagian
yang dicap rintang oleh suatu zat warna bejana. Kain lanjutnya dipad dengan
larutan zat warna.
Beberapa contoh resep pasta rintang :
  500 g gom peregal 1 : 1
  120 g mangan khlorida
  240 g seng khlorida
  120 g kaolin
  20 g asam nitrat
  1000 g pasta rintang

  270 g pengental gom 1 : 1 
320

  200 g timah nitrat
  320 g timah sulfat
  160 g seng sulfat
  50 g  pasta timah asetat 1 : 1
  1000 g pasta rintang
Kain putih yang telah dicap rintang dan dikeringkan, dipadd dengan larutan zat
wana I. Setelah itu dikerjakan dengan larutan zat warna II pada suhu 800
C
selama 30 menit. 
Resep kedua larutan tersebut adalah sebagai berikut :
  200 g zat warna bejana II
  150 cc glukosa 1 : 1
  500 cc air
  35 cc soda kostik 400
Be
  125 g hidrosulfit
  1000 cc larutan padd

  30 g zat warna bejana
  375 cc glukosa 1 : 1
  100 cc air 800
C
  375 cc air dingin
  30 cc soda kostik 400
Be
  17,5 g hidrosulfit

Selanjutnya diasamkan dengan larutan 1 – 1,5 ml/l asam khlorida 200
Be dan
0,5 – 1,0 g/l kalium Rhodanida. Akhirnya dibilas, disabun, dibilas lagi dan
dikeringkan.

10.4.4. Pencapan Selulosa dengan Zat Warna Bejana Larut

Zat warna bejana larut adalah zat warna bejana dalam bentuk terlarut (leuko)
yang distabilkan dalam bentuk garam natrium dari ester asam sulfat dan
diperdagangkan dalam bentuk powder.  Zat warna bejana larut (a) larut dalam
air dan mempunyai afinitas terhadap selulosa, setelah pencapan dioksidasi
dalam kondisi asam menjadi leuko asam zat warna bejana (b), untuk merubah
bentuknya menjadi bentuk zat warna bejana asal yang tidak larut dalam air
(c).

Afinitas zat warna bejana larut terhadap serat rendah sehingga sulit
memperoleh warna tua. Oleh karena itu pada umumnya digunakan untuk
warna-warna muda.

Dalam penggunaan zat warna bejana larut, beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebelum diaplikasikan pada serat antara lain adalah :
1).   Sifat kelarutannya, hal ini penting dalam persiapan pasta cap
2). Kepekaannya terhadap sinar, karena dapat mengakibatkan oksidasi
prematur 
321
3).   Substantifitas terhadap serat, hal ini penting dalam pencapan rintang
4).   Kepekaannya terhadap proses oksidasi

Metode pencapan untuk selulosa antara lain : metoda steaming (khlorat),
metoda nitrit, metoda khromat, metoda feri khlorida, metoda alumunium khlorat,
metoda tembaga sulfat dan metoda natrium khlorit. Tetapi metoda yang sering
digunakan adalah metoda nitrit dan metoda khlorat.















Gambar 10 - 56
Reaksi Perubahan Zat Warna Bejana Larut Menjadi Zat Warna Bejana

1) Metoda nitrit
Metoda ini disebut juga  metoda wet development. Pasta cap mengandung zat
warna dan garam nitrit, karena tidak adanya asam maka kestabilan pasta cap
sangat baik. 

Setelah zat warna terserap ke dalam  serat, diperlukan asam yang berfungsi
untuk merubah bentuk ester menjadi bentuk asam leuko (enol) yang tak larut,
selanjutnya dioksidasi oleh nitrit menjadi bentuk zat warna asalnya. Selain
ditambahkan zat higroskopis dan zat pelatur, ke dalam pasta cap perlu
ditambahkan natrium karbonat untuk meningkatkan kestabilan pasta cap.

Pasta cap dapat dipersiapkan sebagai berikut :

Resep 1
− Zat warna   50 g
− Gliserin 50 g
− Zat pelarut jenis etilena 30 g
glikol 
− Natrium karbonat 2 g
− Pengental starch/gom 450 g
tragacant
− Natrium nitrit (33%) 30 g 
322

− Air atau pengental x g
Jumlah 1000 g

Resep 2
− Zat warna   10 - 40 g
− Natrium karbonat 30 g
− Pengental starch/gom 500 g
tragacant
− Natrium nitrit (33%) 50 g
− Urea  80 g
− Air atau pengental x g
  Jumlah 1000 g

Pengental dapat dipersiapkan sebagai berikut : 
Resep pengental
1.  Gom tragant  7 % 968 g
 Natrium nitrit kristal 30 g
  Natrium karbonat 2 g
Jumlah 1000 g

2.  Kanji 90 g
  Tragant 80 : 1000 870 g
 Minyak olif 20 g
 Gliserin 20 g

 Jumlah 1000 g

Setelah kain dicap dengan pasta cap  di atas, dan dikeringkan kemudian
dikerjakan dalam larutan yang sering  disebut sebagai proses pembangkitan
zat warna dengan komposisi sebagai berikut :

− Asam sulfat (95%) 20 ml/l
atau 660
Be 20 ml/l
− Garam glauber  20 g/l
(elektrolit)

Proses pembangkitan tersebut lamanya tergantung pada daya adsorbsi dari
kain, antara 6-8 detik, kemudian dilakukan penganginan selama 20-25 detik
dimaksudkan untuk meningkatkan hasil pewarnaan atau pembangkitan warna. 
Zat warna bejana larut yang mempunyai kelarutan di dalam air yang rendah
seperti indigosol orange HR, Pink IR, Brown IRRD, Red Violet IRRH dan
sebagainya dan tidak perlu penambahan elektrolit.  Untuk jenis zat warna 
323
bejana larut tertentu, di mana proses pembangkitan dilakukan pada tau di
bawah temperatur 300
C, sodium nitrit bisa disatukan dengan asam sulfat dalam
larutan pembangkitan.

2) Metode amonium khlorat
Metoda ini dapat diterapkan pada hampir semua jenis zat warna bejana larut.
Pada metoda ini, pasta cap berisi semua zat-zat pembantu yang diperlukan,
selain zat warna dan pengental juga mengandung zat asam dan zat
pengoksidasi. Zat asam yang digunakan adalah garam-garam amonium
(misalnya : sulfat, khlorida, nitrat, sulfosianida dan sebagainya), dimana garam
tersebut akan mengurai membentuk asam pada temperatur tinggi, yaitu selama
proses pengukusan berlangsung.

NH4 X     NH3 + HX 

Asam yang terbentuk akan merubah zat warna bejana larut yang telah terserap
di dalam serat dari bentuk ester menjadi bentuk asam leuko.  Selanjutnya
bentuk asam leuko (enol) tersebut dioksidasi oleh zat oksidator (natrium
khlorat) menjadi bentuk zat warna bejana asalnya yang tidak larut.  Semua
proses tersebut terjadi selama proses pengukusan berlangsung.  

Untuk menjaga kestabilan garam amonium agar tidak mengurai mengeluarkan
asam sebelum waktunya, maka ditambahkan amonium hidroksida. Sejenis
katalisator seperti amonium vanadat ditambahkan ke dalam pasta dengan
maksud sebagai akselerasi proses pembangkitan selama pengukusan
berlangsung.
Pasta cap yang dapat dipersiapkan adalah sebagai berikut :
− Zat warna bejana larut 60 g
− Gliserin 50 g
− Amonium sulfosianida 40 g
(50%) 
− Amonium hidroksida  10 g
(25%)
− Amonium klorat 40 g
− Amonium vanadat 10 g
− Pengental starch- 340 g
tragacant
− Air atau pengental x g
            Jumlah 1000 g

Setelah pencapan dengan pasta cap tersebut, pengeringan dan pengukusan
pada temperatur 100 – 1200
C selama 5 menit. Kemudian pembilasan,
penyabunan pada temperatur mendidih, pencucian dan pengeringan. Kain
yang ciap dengan pasta cap tersebut dapat ditunda waktu pengukusannya
selama beberapa hari tanpa menurunkan tingkat pewarnaannya.
 
324











3) Metoda alumunium khlorat
Proses ini tidak perlu diuap dan pembangkitannya memerlukan waktu yang
capat. Kain pertama kali dipadd dengan larutan vanadat yang resepnya
sebagai berikut :

  1 g amonium vanadat dalam
  200 g air panas
  5 g asam batu anggur kristal dalam
  2000 g air panas dan
  600 g air dingin

Kain setelah dipadd, dikeringkan dan selanjutnya dicap dengan pasta cap
dengan resep sebagai berikut :

  30 – 80 g zat warna bejana larut
  50 – 10 g Dehapon O
  150 – 60 g Glyezin A
  240 – 230 g air
  500 – 550 g pengental tapioka – tragan
  10 – 20 g asam batu anggur 10%
  20 – 50 g aluminium khlorat 250
Be
  __________
  1000 g pasta cap

Resep pasta reduksi :
  900 g tragan 80 : 1000
  50 g Glyezin A
  20 g air
  10 g asam batu anggur 10%
  20 g aluminium khlorat 250
Be
  1000 g pasta reduksi

Setiap 10 gram aluminium khlorat 250
Be ekivalen dengan 6,6 gram aluminium
khlorat 1 : 1 dan 3,3 gram natrium khlorat.
Larutan alumunium khlorat 250
Be dapat dibuat dengan cara
mencampurkanlarutan 7900 gram barium khlorat  dalam 8000 gram air
denganlarutan 5280 gram alumunium sulfat dalam 5500 gram air panas.
Pencapan
bejana
larut
Pengeringan 
Pengukusan
100-1200
C
Pembilasan
Penyabunan
Pencucian
Pengeringan 
325
Barium sulfat yang terbentuk disairng dan filtratnya merupakan alumunium
khlorat.
Setelah dicapkan, kain dikeringkan kemudian digantungkan selama 24 jam
agar zat warnanya terbangkitkan. Setelah itu dibilas, dimasak dengan sabun,
dibilas lagi dan dikeringkan.

4) Metoda sulfosianida
Dalam pasta cap proses sulfosianida terdapat zat pengoksida, katalis oksidasi
dan zat yang dapat menyebabkan bangkitnya warna. Beberapa contoh resep
capnya yaitu :
-  50 g zat warna, dilarutkan dalam campuran
  50 g Glucose B atau BN
  150 g air; campuran dapat dipanaskan sampai 800
C
  50 g urea
  550 g pengental tragan 7%, yang telah mengandung
  50 g amonium sulfosianida 50%
  80 g natrium khlorat 10%
  20 g amonium vanadar 1%
  _______
  1000 g pasta cap

Pengental dapat dibuat agak alkali sebelum ditambah zat warna, umpama
dengan resep :

-  230 - 80 g zat warna
  200 – 100 g Dehapon O
  500 – 500 g pengental tapioka – tragan netral
  40 – 48 g natrium rodnida 1 : 1
  60 – 70 g amonium vanadat 3%
  20 – 20 g amonia 25%
  150 – 182 g air
  _________
  1000 g pasta cap

Resep pengental tapioka – tragan :
  200 g tapioka 1 : 5
  600 g tragan 1 : 5
  50 g amonia 25%
  150 g air
  ______
  1000 g pengental

Setelah pencapan, kain dikeringkan kemudian diuap, dibilas, disabun, dibilas
lagi dan akhirnya dikeringkan.

Pembangkitan zat warna bejana larut dalam proses sulfosianat seringkali
digunakan uap asam, sehingga zat warna ini dapat dipakai bersama-sama 
326

dengan zat warna Rapid. Untuk pembangkitan, kain diuap selama 5 – 10 menit
dalam uap asam. 

Bahan rayon viskosa perlu diuap selama 10 – 15 menit sehingga oksidasinya
dapat sempurna dan warnanya rata. Sedangkan jumlah pemakaian Glucose B
atau Dehapon O dua kali lebih banyak dari pada resep di atas.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar