Selasa, 01 Juli 2014

Persiapan Mesin



Persiapan mesin dan alat pencapan dilakukan untuk memperlancar proses
pencapan, meningkatkan efisiensi, dan hsil pencapan bermutu baik.

Pekerjaan persiapan mesin meliputi pembersihan mesin,
meja/blngket,mengatur kedudukan screen, mengatur raport, mengatur
kedudukan dan kemiringan rakel, ruang pengering, dan pengaturan bagian
lainnya

10.3.4. Pencapan

Pencapan pada kain dapat dilakukan dengan bermacam–macam alat
pencapan baik secara manual maupun dengan mesin, mesin yang banyak
digunakan adalah mesin pencapan kasa datar ( flat screen printing ) dan mesin
pencapan kasa putar (rotary screen printing), secara manual dapat digunakan
kasa screen.

10.3.5. Pengeringan

Pengeringan setelah kain dicap mutlak dilakukan untuk menghilangkan
kandungan air pada lapisan pasta cap atau menghilangkan kelembaban
lapisan pasta sehingga mencegah zat warna blobor (bleeding), selain itu
pengeringan bertujuan untuk memudahkan penanganan kain hasil cap untuk
proses fiksasi.

Proes pengeringan perlu memperhatikan faktor – faktor jenis kain (hidrofob
atau hidrofil), jenis pasta cap alkali/asam, tegangan kain. Kain yang memiliki
regain rendah atau sifat hidrofob pengeringan harus dilakukan sesegera
mungkin.
Jenis pengeringan yang bisa dilakukan antara lain : 
294

1. Pengering udara panas
 Sumber panas berasal dari oil panas, uap panas, dan elemen listrik dengan
suhu100 –125o
C
2. Pengering silinder
Kain dilewatkan pada silinder panas dengan suhu 95-110 o
C, silinder
terbuat dari logam baja tahan karat.
3. Pengering di udara
Kain dijemur atau digantung pada ruang terbuka.
Kondisi pengeringan berpengaruh terhadap hasil fiksasi zat warna, namun
standar pengeringan yang baik akan memberikan efek hasil pewarnaan yang
baik pula.  Pengeringan yang berlebihan akan menyebabkan retak dan
pecahnya lapisan pasta cap sehingga fiksasi tidak sempurna dan terjadi
penodaan warna. Demikian pula pengeringan yang tidak merata akan
menyebabkan ketidakrataan warna hasil pencapan.

10.3.6. Fiksasi Zat Warna

Fiksasi pada kain yang telah dicap bertujuan agar lapisan zat warna dalam
pasta cap masuk dan berikatan dengan serat membentuk ikatan seperti ikatan
hydrogen, gaya van der wals, ikatan elektrovalen, dan ikatan kovalen sehingga
hasil cap memiliki ketahanan luntur warna.

Fiksasi  dapat dilakukan dengan beberapa metoda fiksasi, seperti  metoda
perangin–angin, metoda pengukusan (Steaming), udara panas (Thermofiksasi),
dan pengerjaan dalam larutan kimia (Wet Development ).  Pemilihan metoda
fiksasi bergantung pada jenis zat warna, pengental, dan peralatan yang
tersedia.

10.3.6.1. Metoda Perangin-anginan (Air Hanging)

Proses fiksasi metoda ini biasanya dilakukan untuk proses pencapan dengan
skala kecil, kain digantung di udara selama 12 jam. Fiksasi metoda ini sesuai
untuk zat warna reaktif tepapi hasilnya kurang maksimal dibandingkan metoda
lain.

10.3.6.2. Proses Penguapan (Steaming)

Dalam proses penguapan, uap terkondensasi pada permukaan lapisan pasta
cap, kondensat membantu pelarutan zat warna untuk masuk kedalam serat
(difusi), agar tidak terjadi blobor (bleeding) atau migrasi zat warna keluar dari
motif, pada proses fiksasi kondisi penguapan perlu dikontrol sesuai dengan
sifat absorbensi. 

Bleeding dapat terjadi pada kain yang  bersifat menolak penyerapan air
(hidrofob) menerima suplai uap yang berlebih atau bleeding dapat pula terjadi
karena uap terlalu lembab dan pasta cap mengandung zat higroskopis seperti
urea, gliserin, dan sebagainya. Sebaliknya jika uap terlalu kering, lapisan pasta 
295

cap tidak bisa masuk kedalam serat sehingga tidak terjadi fiksasi, dan hasil
pencapan luntur.

1. Penguapan uap normal
Sistem ini dapat dilakukan dengan cara kontinyu, suhu dan waktu penguapan
berpengaruh teradap hasil pencapan. Mesin yang dapat digunakan adalah
mesin Flash Ager, fiksasi dengan mesin ini dilakukan pada suhu 100
o
C selama
15-50 detik. Mesin Rapid Ager, fiksasi dilakukan pada suhu  100
o
C selama 1-3
menit, dan fiksasi denga mesin Festoon steamer dilakukan pada suhu 100
o
C
selama 5-30 menit.
















Gambar 10 – 45 
Skema Mesin Pengukusan Rapit  Ager

Keterangan mesin Pengukusan Rapit Ager  :
1. Kain
2. Pembuangan uap
3. Ruang pengukusan
4. Pembuang air












Gambar 10 – 46
Skema Mesin Pengukusan Temperatur Tinggi Festoon 
296

Keterangan gambar 9 – 45 :
1. Kain
2. Ruang pengukusan
3. Pemanas

















Gambar 10 – 47
Skema Mesin Pengukusan Star

Keterangan gambar 9 - 47 :
1. Penutup
2. Katup pengaman
3. Ruang pengukusan
4. Pemanas
5. Katrol penarik rangka dan kain
6. Pembuangan udara
7. Rangka untuk kain 
8. Alat pengontrol uap













Gambar 10 – 48
Skema Mesin Pengukusan Single Spiral

 
297
Keterangan :
1.  Kain
2. Ruang pengukusan
















Gambar 10 – 49
Skema Mesin Pengukusan Double Spiral

Keterangan 9 - 49 :
1. Kain
2. Ruang pengukusan
3. Rol pembelok kain














Gambar 10 – 50
Skema Mesin Pengukusan Arc atau Rainbow 
Keterangan :
1. Kain
2. Ruang pengukusan
3. Padder
4. Bak pencucian

 
298

2.   Penguapan tekanan tinggi
Fiksasi dengan cara ini dilakukan pada suhu 110 - 130 o
C, tekanan 2-3 Atm,
dan waktu 30 menit, sesuai untuk fiksasi zat warna dispersi. Fiksasi
dilakukan dengan mesin Cottage.

3.   Pengukusan temperatur tinggi
Fiksasi dilakukan pada suhu 150-180 o
C selama 10-30 menit sesuai untuk
fiksasi zat warna dispersi, fiksasi dapat dilakukan pada mesin Festoon atau
stork Steamer. 
































Pengeringan udara
panas
Pengeringan awal  Padder
Gambar 10 – 51  
Skema Jalannya Kain pada Fiksasi dengan Udara Panas
 
299
10.3.6.3. Proses Udara Panas

Proses udara panas prinsipnya adalah merangsang molekul – molekul zat
warna oleh energi udara panas dan meningkatkan gerakan molekul serat
sehingga memungkinkan terjadinya fiksasi zat warna kedalam serat.fiksasi ini
lebih efektif bila dilakukan pada kondisi mendekati titik leleh serat.

Yang termasuk dalam sistem ini adalah fiksasi pemanggangan (baking),
dilakukan pada suhu 120-160 o
C selama 3-5 menit untuk zatwarna pigmen dan
reaktif, fiksasi termosol dilakukan pada suhu 180 –210 o
C selama 60-90 detik.
untuk zatwarna pigmen dan reaktif, dan pigmen.Hasil fiksasi sistem udara
panas kainnya agak kaku.

10.3.6.4. Pengerjaan dengan Larutan Kimia

Sistem ini menggunakan dua cara, yaitu cara dingin dan cara panas. Cara
dingin dilakukan pada temperatur ruang dengan waktu agak lama , sedang
cara panas dilakukan pada suhu 90 - 100 o
C dengan waktu yang lebih singkat,
misalnya untuk fiksasi zat warna reaktif panas.

10.3.7. Pencucian  

Proses pencucian setelah fiksasi zat warna, dimaksudkan untuk menghilangan
zat warna yang tidak terfiksasi, pengental dan zat-zat kimia pembantu sehingga
akan diperoleh hasil pewarnaan yang brilian, mempunyai ketahanan luntur
yang baik dan pegenan kain cap yang lembut. Demikian pula akan memberikan
hasil yang memuaskan pada  proses penyempurnaan berikutnya, misalnya
pada proses penyempurnaan tahan kusust dan sebagainya.

Pada umumnya proses pencucian diawali dengan cuci dingin dan panas
dimaksudkan untuk pembasahan dan pengembangan lapisan pasta cap
sehingga mudah dilarutkan dan lepas dari kain, selanjutnya penyabunan
dengan deterjen dan zat-zat kimia pada temperatur yang sesuai dimaksudkan
agar keseluruhan sisa-sisa residu termasuk zat warna yang tidak terfiksasi
dilepaskan dari kain secera penetrasi, pelarutan, pendispersi dan dekomposisi.
Kemudian diikuti dengan pembilasan panas dan dingin serta pengeringan.

Penodaan area di luar motif oleh sisa-sisa zat warna yang berbeda di dalam
larutan pencuci merupakan resiko yang mungkin terjdi jika konsentrasi zat
warna yang tidak terfiksasi dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini dapat
dihindari jika telah dilakukan seleksi dengan baik terhadap zat warna yang
dipakai, zat pengental dan kondisi fiksasi yang tepat, sehingga fikasasi zat
warna dapat ditingkatkan dan sisa-sisa zat warna yang tidak terfiksasi dapat
diminimalkan. Demikian pula kondisi optimum setiap pencucian juga harus
disesuaikan terhadap setiap kombinasi zat warna dan jenis serat. 

Zat-zat warna yang tidak terfiksasi dapat dihilangkan secara cepat dengan
menggunakan temperatur tinggi, sebaliknya penodaan pada area di luar motif 
300

akan berlangsung lebih lambat jika temperatur pencucian rendah. Oleh karena
itu perlu adanya pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan kondisi
optimum pencucian. Beberapa contoh prosedur pencucian diberikan di bawah
ini .

Pencucian hasil pencapan zat warna dispersi pada kain poliester, setelah
melalui pencucian dingin dan pencucian hangat, dilanjutkan dengan pencucian
reduksi menggunakan 2 ml/l natrium hidroksida 38o
Be, natrium
ditionit/hidrosulfit (1 – 2 g/l) dan zat aktif permukaan non ion atau kationik (1g/l)
pada temperatur 70 – 800
C selama 10 – 15 menit.  Akhirnya kain dibilas
dengan air hangat, air dingin dan dikeringkan dengan tegangan yang minimum.
Proses penyempurnaan berikutnya, misalnya proses pelembut kain, hendaknya
temperatur yang diterapkan tidak melebihi 1200
C. Jika temperatur lebih tinggi
ada kemungkinan terjadi termomigrasi zat warna ke permukaan kain sehingga
ketahanan gosoknya akan menurun.
Pencucian hasil pencapan zat warna reaktif pada kain selulosa akan
memberikan hasil yang optimal jika kondisi fiksasi zat warna yang diterapkan
sebelumnya benar-benarn telah sesuai, sehingga semua zat warna di dalam
kain hanya berada dalam keadaan terikat secara kovalen dengan serat dan
selebihnya dalam keadaan terhidrolisa. Zat warna yang terhidrolis mempunyai
afinitas rendah, sehingga pada pencucian dengan menggunakan cukup air dan
waktu dapat dibersihkan dari kain. 

Walaupun demikian, jika kondisi pencucian kurang memadai akan
mengakibatkan tertinggalnya zat warna yang terhidrolisa tersebut pada kain,
sehingga akan terjadi keluhan dari pihak konsumen pada saat pertama kali
mereka melakukan pencucian karena terjadi pelunturan zat-zat warna yang
terhidrolisa tersebut. Disarankan pencucian diawali dengan pencucian dingin
dan cuci panas dengan suhu 60 – 700
C, dimaksudkan untuk melunakkan
pengental sehingga mudah lepas yang diikuti lepasnya alkali dan sisa-sisa zat
pembantu lainnya dari kain. 

Penyabunan (dengan deterjen kationik atau anionik) pada temperatur
mendekati titik didih dimaksudkan untuk melepaskan zat-zat warna yang tidak
terfiksasi atau terhidrolisa dari dalam serat. Jika air pencucinya terlalu sadah
maka akan mengalami kesulitan dalampelepasan pengental, oleh karena itu
sebaiknya ditambahkan zat penurun kesadahan. Selanjutnya disempurnakan
dengan pencucian dingin. Untuk mencegah terjdinya penodaan oleh sisa-sisa
zat warna, sebaiknya selama proses pencucian digunakan sistem arus balik
(over – flow). Jika untuk fiksasi digunakan natrium, silikat, pencucian sebaiknya
diawali dengan cuci hangat 400
C, cuci panas dan dilanjutkan penyabunan.

Pencucian kain campuran poliester – kapas hasil pencapan dengan zat warna
dispersi – reaktif, dipermasalahkan pada dua hal yaitu, pertama bahwa tingkat
fiksasi yang dihasilkan dari pencapan kain campuran tersbut dengan zat warna
dispersi -  reaktif adalah lebih rendah dibandingkan dengan pencapan pada
serat tunggal, akibatnya jumlah zat warna tidak terfiksasi yang harus
dihilangkan lebih banyak. Masalah kedua adalah bahwa kondisi pencucian 
301
hasil pencapan zat warna reaktif pada kain selulosa efektif pada temperatur
mendidih, sedangkan untuk pencucian zat warna dispersi pada kain poliester
kondisi tersebut tidak memungkinkan karena adanya kemungkinan terjadi
penodaan di luar motif. 
Berikut contoh satu ruang pencuci mesin pencucian untuk kain tenun.  Contoh
mesin pencucian untuk kain rajut setelah pencapan adalah mesin pencucian
Isotex. Mesin ini dilengkapi dengan unit-unit silinder yang berlubang dengan
penyemprotan air.














Gambar 10 – 52 
Skema Mesin Pencucian Vertikal

10.3.8. Pengeringan 

Pengeringan setelah pencucian harus segera dilakukan untuk menghindari
penodaan warna, pengeringan dapat dilakukan dengan ruang pengering,
silinder panas, ataupun dijemur dibawah sinar mata hari.
















Gambar 10 – 53 
Skema Mesin Pencucian Horisontal 
302




















Gambar 10 – 54
Skema Mesin Pencucian Untuk Kain Rajut
 
303
















































Gambar 10 – 55 
Skema Jalannya Kain pada Proses Pencucian dan Penyabunan Secara Kontinyu

Keterangan :
1. Kain
2. Rol penegang
3. – 4. Rol Pengantar
5.   Padder
6.   Saturator
7.   Bak cuci dan bak penyabunan
8.   Rol pengering
9.   Plaito

Tidak ada komentar :

Posting Komentar