Rabu, 02 Juli 2014

BAB XII PEMBATIKAN



12.1 Persiapan Membuat Batik

Persiapan kain mori untuk pembuatan batik terdiri atas berbagai macam
pekerjaan, sehingga menjadi kain yang siap untuk dibatik.  Pekerjaan tersebut
meliputi : 
- Memotong kain
- Nggirah (mencuci) atau ngetel
- Nganji (menganji)
- Ngemplong (seterika, kalander)
  
12.1.1 Memotong Kain 

Kain batik atau mori yang masih berbentuk gulungan dipotong–potong dengan
ukuran sesuai panjang kain batik yang akan dibuat.  Untuk membuat kain
panjang untuk wanita (tapih) kain dipotong dengan ukuran 2,75 yard.  Demikian
pula untuk mori prima, tiap gulungan mempunyai ukuran panjang 48 yard      
(43 m) dan lebar ± 105 cm, biasanya dipotong menjadi 19 (ukuran batik normal)
atau menjadi 20 (ukuran batik sedang).  Ukuran yang lain digunakan sebagai
batik selendang, ikat kepala, sarung, hiasan dinding dan sebagainya.  Selesai
dipotong-potong, setiap ujung kain diberi lipatan kecil dan dijahit (diplipit),
dengan maksud, agar benang–benang yang paling tepi tidak lepas (berjerabai). 

12.1.2 Mencuci/Nggirah/ Ngetel

Biasanya mori batik diperdagangkan dengan  diberi kanji secara berlebihan,
agar kain tampak tebal dan berat.  Karena kanji dalam proses pemberian warna
bersifat menghalangi penyerapan, maka perlu dihilangkan kemudian diganti
dengan kanji ringan.  Cara menghilangkan kanji tersebut, kain direndam dalam
larutan enzim atau direndan satu malam, kemudian dikeprok/dicuci kemudian
dibilas dengan air bersih.  Bila kain tersebut akan dibuat batik halus (kualitas
prima atau primisima), maka mori itu tidak cukup hanya dicuci saja, tetapi di
“kloyor” atau di “ketel”.

Pekerjaan ngetel mori tidak hanya menghilangkan kanji saja, melainkan kain
mempunyai daya penyerapan lebih tinggi dan supel, tetapi terjadi penurunan
kekuatan kain walaupun sedikit.  Proses ini menyerupai proses merserisasi.
Pada pembatikan sekarang, kain sudah siap untuk dibatik karena kain
dipasaran kanji yang diberikan pada kain merupakan kanji ringan dan kain telah
mengalami proses merser.
 
426

Yang dipakai untuk ngetel pada dasarnya adalah campuran minyak nabati
(minyak kacang, minyak klenteng, minyak kelapa) dan bahan–bahan pelarut
lain seperti soda abu, soda kostik, soda kue.  Kain dikerjakan berulang–ulang
dengan larutan tersebut dimana setiap pengerjaan ulang kain
dikeringkan/dijemur.

Pekerjaan ngetel mori batik ada beberapa cara meliputi :
1. Ngetel dengan campuran minyak kacang dan soda kostik. Larutan ini dipakai
untuk ngetel  mori kasar atau blacu.  Untuk kain mori dengan panjang 15 yard   
(untuk 5 potong kain batik) disediakan larutan  ngetel dengan resep sebagai
berikut :

70 g   soda kostik (NaOH) dilarutkan dalam 10 L air
300 cc  minyak kacang

Cara mengerjakannya, hari pertama kain dibasahi dengan 2 liter air, kemudian
diberi 2 liter larutan soda kostik dan 300 minyak kacang, kemudian dikerjakan
dalam larutan tersebut selama  beberapa waktu kemudian kain digulung atau
dilipat dan disimpan dalam bak selama 12 jam.  Setelah selesai kain dijemur
sampai kering kemudian dimasukan kembali dalam bak pengetel, diberi 1½ liter
larutan soda kostik, dilipat, disimpan dalam bak pengetel selama 12 jam, 
dikeringkan. Pekerjaan tersebut diulang sampai 5 kali. Pekerjaan terakhir
dilakukan pencucian sampai bersih kemudian dikeringkan.

2.  Mengetel dengan minyak kacang
Pengetelan ini untuk mengerjakan kain yang halus, untuk 1 gulung kain mori
(17 yard) disediakan bahan – bahan berikut :
300 g   minyak kacang
  20 l    larutan merang

Cara mengerjakannya, kain dibuka, dimasukkan dalam bak pengetel                 
(bak bundar atau wajan), dibasahi dengan air, diberi 300 cc minyak kacang dan              
2 liter air abu merang, direndam, kemudian disimpan basah selama 12 jam
dalam keadaan dilipat, kemudian dikeringkan.  Pekerjaan seperti ini diulangi
sampai 9 kali.  Pada hari terakhir kain dicuci bersih dan dikeringkan.

3.  Mengetel dengan minyak kacang dan soda abu
Pekerjaan ini dilakukan untuk mengetel mori kualitas sedang dan halus.
Untuk satu potong kain ukuran 3 yard diperlukan : 
 70 g   Minyak kacang 
 45 g    Soda abu

Kain dikerjakan dalam larutan bak ketelan dalam larutan yang mengandung           
75 cc minyak kacang dicampur dengan ½ liter larutan soda abu, campuran ini
dituangkan dalam bak ketelan, kain direndam beberapa saat kemudian
dikeringkan.
 
427
Setelah kering kain diberi 0,5 liter larutan soda abu direndam,   dikeringkan lagi,
diulangi sampai 6 kali atau lebih.  Cara ini tidak memakai penyimpanan basah.
Pada pengerjaan terakhir kain kemudian dicuci dan dikeringkan.
Pekerjaan ketelan tersebut masih banyak cara–cara dan variasinya, tiap
daerah pembatikan mempunyai cara dan pengalaman sendiri – sendiri.
Beberapa cara diatas  merupakan contoh.
Pada era sekarang ini pengerjaan mengetel sudah tidak dikerjakan lagi
mengingat lama dan kurang efesien. Sebagai gantinya kain direndam dalam
larutan penghilang kanji seperti enzim dan sebagainya. 

12.1.3 Menganji Kain

Kain yang akan dibuat batik perlu dikanji agar lilin batik tidak meresap kedalam
kain.  Tetapi kanji tersebut tidak boleh menghalangi penyerapan zat warna
pada kain, maka kanji yang diberikan adalah kanji tipis atau kanji ringan. 

Pemakaian kanji tersebut sekitar 20 g tapioka untuk 1 liter air, cara
melarutkannya atau cara membuat bubur kanji, mula–mula kanji dilarutkan
dengan air dingin kemudian dipanaskan sambil diaduk–aduk.  Kain mori dikanji
dengan larutan kanji dingin kemudian dijemur.  
Biasanya penganjian diakukan setelah kain dicuci atau diketel.  Setelah kain
dikanji kemudian dikemplong.

12.1.4 Ngemplong

Kain mori yang telah dikanji perlu dihaluskan atau diratakan permukaannya
dengan cara dikemplong.
Ngemplong adalah meratakan kain dengan cara kain dipukul berulang–ulang
dengan menggunakan palu dari kayu.  Cara ngemplong adalah kain yang telah
dikanji dan kering, beberapa lembar kain dilipat kemudian di letakKan dia atas
landasan kayu yang permuakannya rata, gulungan kain diikat dengan landasan
kayu agar tidak lepas, kemudian kain dipukul dengan pemukul kayu.  Setelah
kain rata gulungan kain dibuka dan kain satu persatu dibuka, dilipat untuk
dibatik.

Karena meratakan kain dalam keadaan dingin, tidak seperti jika menggunakan
seterika panas, maka kanji pada mori mudah dihilangkan dengan pencucian.
Pewarnaan tidak terganggu oleh adanya kanji pada kain batik dalam proses
persiapan ini.

12.2  Peralatan Batik

Untuk membuat batik diperlukan peralatan peralatan berikut :

1.  Canting tulis
Semula pembuatan batik dilakukan dengan menutupkan malam panas dengan
alat canting pada desain yang telah dibuat diatas kain mori putih dengan pensil. 
428

Cara yang demikian itu sampai sekarang masih dilakukan dan hasilnya disebut
batik tulis. 

Batik jenis ini harganya mahal, pembuatanya memakan waktu yang lama, akan
tetapi desain yang diperoleh tidak terbatas. Mengingat pembuatan batik tulis
yang cukup lama, maka orang berusaha mencari cara lain guna menyelesaikan
pembatikan dalam waktu yang singkat dan diketemukanlah batik cap.   


























Gambar 12 - 1  
Canting Tulis

Canting tulis terdiri dari 3 bagian yaitu badan (1), berbentuk seperti cerek,
cucuk (2) berupa saluran dan tangkai (3) dari bambu atau glagah.  Jenis
canting tulis yang dikenal adalah canting untuk klowongan (kerangka motif),
canting untuk tembokan, dan canting untuk isen (mengisi gambar). Canting
isen memiliki ujung tunggal, ujung tiga (telu 0, ujung lima, dan sebagainya. 

2.  Canting cap
Batik cap diperoleh dengan menggunakan alat cap yang berupa stempel yang
terbuat dari tembaga atau yang lainya misalnya dari kayu, alat cap yang berupa
stempel ini disebut canting cap. Cara menggunakannya adalah canting cap
diletakkan diatas malam yang meleleh pada kasa yang diletakkan diatas panci
tembaga/ender kemudian dipindahkan ditempelkan ke kain mori. Penempelan 
429
malam ini dapat dilakukan pada satu permukaan atau dua permukaan
tergantung dari kualitas batiknya. 











Gambar 12 – 2 
Canting Cap


3.  Ender
Panci tembaga/ender adalah tempat untuk melelehkan malam yang akan
digunakan untuk pembuatan batik cap, dan diatas ender biasanya ditempatkan
kain kasa agar pada saat penempelan malam pada canting cap tidak terlalu
banyak sehingga kalau dicapkan pada permukaan kain mori tidak mlobor.









Gambar 12 – 3 
Ender

4.  Wajan
Wajan adalah tempat melelehkan malam yang terbuat dari tembaga yang akan
digunakan untuk membuat batik tulis menggunakan canting tulis dan biasanya
ukuranya lebih kecil dari ender tetapi bentuknya lebih cekung.









 
430


Gambar 12 – 4 
Wajan
5.  Wangkringan
Wangkringan adalah alat yang  terbuat dari bambu yang digunakan untuk
tempat bersandar kain mori yang akan dibatik tulis, sehingga proses
pembatikan dapat berjalan lancar.  














Gambar 12 – 5 
Wangkringan
6.  Kompor minyak
Kompor minyak adalah alat pemanas yang digunakan untuk
pemanasan/pelelehan malam dengan bahan bakar minyak tanah, baik untuk
batik cap maupun batik tulis.
















Gambar 12 – 6 
Kompor Minyak

7.  Bak celup 
431
Bak celup adalah alat untuk mencelup batik yang terbuat dari kayu atau baja
tahan karat, dengan ukuran panjang disesuaikan dengan lebar kain batik dan
biasanya untuk mempermudah proses pencelupan ditengah dilengkapi dengan
rol pemberat yang terbuat dari kayu atau baja tahan karat.














Gambar 12 – 7  
Canting Cap

8.  Bak penghilangan lilin
Adalah alat yang terbuat dari logam yang akan digunakan untuk memanaskan
air guna melepas lilin batik yang menempel pada mori batik (nglorod),
berbentuk silinder dan kapasitasnya disesuaikan dengan jumlah batik yang
akan dilorod.

12.3 Bahan–bahan Batik

Bahan untuk membuat batik meliputi mori batik, lilin batik, zat warna dan zat
pembantu untuk batik.

12.3.1 Kain untuk Batik

Kain sebagai bahan yang akan dibuat batik disebut mori, muslim atau cambric.
Kata mori berasal dari “Bombyx mori” yaitu jenis ulat sutera yang menghasilkan
sutera putih dan halus, sedang kain putih untuk batik sifat-sifatnya seperti kain
sutera tersebut.  Muslim berasal dari “muslin” kependekan dari “moussuline”
yaitu nama semacam kain yang sangat halus, terbuat dari sutera atau katun.
Sedang cambric artinya “fine linnen” atau kain batis, yaitu kain putih yang
ringan dan halus.

Berdasarkan kehalusannya mori dibedakan dalam empat golongan yaitu :
- Mori primissima merupakan golongan mori yang paling halus.
- Mori prima, merupakan golongan mori yang kedua sesudah primissima,
mori golongan ini digunakan untuk batik halus dan batik cap.
 
432

- Mori biru, merupakan mori kualitas ketiga, biasanya untuk batik kasar dan
sedang.
- Kain grey atau blaco, adalah kategori bahan batik kualitas kasar.  
- Kain sutera, merupakan bahan kain untuk batik.
Batik dari kain sutera biasanya untuk batik halus dan harganya mahal.
12.3.2 Malam / Lilin

Malam batik adalah bahan yang digunakan untuk menutup permukaan kain
menurut desain sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak zat warna
yang diberikan pada kain.  Malam batik terdiri dari campuran beberapa bahan
pokok malam yaitu gondorukem, damar/mata kucing, parafin, microwax, lemak
binatang minyak kelapa, malam tawon dan malam lanceng. Jumlah dan
perbandingan pemakaiannya bervariasi tergantung tujuan penggunaanya. 

Pada akhir proses pembuatan batik, seluruh lilin batik dihilangkan dari
permukaan kain, dengan cara kain tersebut dimasukkan kedalam bak yang
berisi air panas, sehingga seluruh lilin batik lepas.  Lilin batik pada bak disaring
kemudian didinginkan sehingga akan terbentuk lilin batik yang membeku.  Lilin
batik sisa lorotan biasanya dipakai untuk menutup batik yang disebut tembokan
yaitu menutup kain batik secara keseluruhan. 

Sifat-sifat pokok malam batik adalah sebagai berikut.
1.  Malam tawon
Disebut juga kote atau malam klanceng berwarna kuning suram, mudah
meleleh, titik didihnya rendah 59o
C, mudah melekat pada kain, tahan lama, tak
berubah oleh iklim, dan mudah dilepaskan, penggunaannya banyak
dicampurkan pada lilin klowong.

2.  Gondorukem
Berasal dari pinus merkusu yang telah dipisahkan terpentin dan airnya. 
Gondorukem dalam perdagangan disebut dengan gondo, pabrik pengolahan
gondo tersebar di daerah Pekalongan, Pemalang, Ponorogo dan sebagainya. 
Dalam pembatikan dikenal beberapa jenis gondorukem seperti gondorukem
Amerika, Hongkong, Aceh, dan Gondorukem Pekalongan. 

Sifat–sifat gondorukem yaitu :
- Titik lelehnya agak tinggi sehingga memerlukan waktu yang lama untuk
melelehkannya
- Tidak tahan alkali, 
- Mudah menembus kain dalam keadaan encer 
- Mudah patah setelah dingin dan melekat
- Titik lelehnya 70o
C - 80o
C

Penggunaannya dicampurkan pada malam klowong sehingga menjadi lebih
keras dan tidak mudah membeku.

3.  Damar mata kucing  
433
Diambil dari pohon shoria apec, langsung dipecah-pecah menjadi lebih kecil.
Sifatnya sukar meleleh, lekas membeku dan tahan alkali, penggunaannya
sebagai campuran malam batik agar malam dapat membentuk bekas yang
ajam dan melekat dengan baik.

4.  Parafin, atau malam BPM 
Berwarna putih atau kuning muda, mempunyai daya tolak tembus basah yang
baik, mudah encer dan cepat membeku, daya lekat kecil, mudah lepas dan titik
lelehnya rendah. Penggunaannya dalam campuran malam batik, agar malam
mempunyai daya tahan tembus basah yang baik dan mudah lepas pada waktu
dilorod.

5.  Microwax, atau malam mikro
Adalah jenis parafin yang lebih halus, warnanya kuning muda, sukar meleleh,
mudah lepas dalam rendaman air, sukar menembus kain dan tahan alkali,
penggunaannya dalam campuran malam batik sebagai malam tembok atau
campuran malam klowong terutama untuk batik halus.

6.  Lemak binatang/kendal, atau gajih
Disebut juga lemak, warnanya seperti mentega, mudah menjadi encer,
penggunaanya sebagai campuran malam batik dalam jumlah kecil dan
berfungsi untuk menurunkan titik leleh, membuat lemas dan mudah lepas pada
waktu dilorod.          

7.  Campuran lilin batik
Lilin batik terdiri dari campuran bahan-bahan pokok lilin batik, dengan
perbandingan sedemikian rupa sehingga mencapai sifat – sifat yang
dikehendaki seperti daya tahan tembus, kebasahan, lemas dan fleksibel, dan
tidak mudah pecah, dapat membuat garis motif yang tidak mudah pecah/tajam,
mudah dihilangkan kembali dalam pemanasan.
Cara membuat campuran lilin batik dilakukan dengan memperhatikan hal
berikut : 

- Bahan batik yang mempunyai titik leleh tinggi, dilelehkan terlebih dahulu,
kemudian berturut – turut yang lebih rendah.
- Dalam pengerjaan mencampur ini, setelah semua bahan–bahan pokok
dimasukkan dan menjadi cair, diaduk dengan baik dan rata agar campuran
benar–benar homogen.
- Campuran lilin yang masih cair disaring, kemudian dicetak sesuai ukuran
yang dinginkan.

Contoh – contoh campuran lilin batik antara lain :
1. Lilin tembokan
1 bagian malam lanceng
2 bagian lilin parafin putih
2. Lilin batik klowongan biasa 
1 bagian malam lanceng
½  bagian lilin lorotan 
434

2 bagian parafin
3. Lilin batik klowongan
1 bagian malam lanceng
1 bagian lilin lorotan
2 bagian parafin
4. Lilin batik untuk cecek/isen
1 bagian malam lanceng
1 bagian gajih
1 bagian parafin
5. Lilin batik klowongan dari  Pekalongan 
10 bagian malam lanceng
  5 bagian gajih
  1 bagian parafin
Campuran diatas tidak baku tergantung daerah dan pengalaman dari pembatik.

12.3.3 Zat Warna Batik

Tidak semua zat warna dapat digunakan untuk mewarnai batik, hal ini
disebabkan karena pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan karena batik
menggunakan lilin dan tidak tahan terhadap pemanasan.  Ditinjau dari asalnya
terdapat zat warna alam yang berasal dari tumbuhan dan binatang serta zat
warna sintetik atau buatan.

1.  Zat warna alam dan penggunaannya.
Pewarnaan batik dapat menggunakan zat warna alam.   Penggunaan zat warna
alam untuk batik sekarang jarang dilakukan karena ada beberapa alasan
diantaranya adalah :
- Sulit diperoleh
- Kadarnya tidak tetap
- Warnanya suram 
- Jumlah terbatas
- Tidak bisa untuk produksi masal  
- Ketahanan luntur kurang
Penggunakan zat warna alam biasanya untuk batik yang ekslusif dan tidak
dalam produksi masal.

Zat warna alam yang bisa digunakan diperoleh dari 
-  Bagian tumbuh – tumbuhan seperti  akar, batang, kulit, daun , bunga
- Dari binatang seperti getah buang.
Contoh zat warna alam tersebut adalah :
- Kulit pohon nila
- Kulit pohon saga
- Akar mengkudu
- Kayu laban
- Kunir
- Daun the 
435
- Kembang palu
- Sari kuning
- Kayu mundu, dsb.

2.  Zat warna sintetik
Penggunaan zat warna sintetik untuk batik pemakaiannya cukup luas
dibandingkan dengan zat warna alam. Zat warna yang digunakan dipilh yang
pemakaiannya dingin sehingga tidak melelehkan lilin batik.  Penggunaan zat
warna sintetik untuk batik tahapannya sama dengan untuk proses pencelupan.

Zat warna sintetik yang dapat digunakan antara lain : 
- Zat warna bejana
- Zat warna bejana larut
- Zat warna naftol
- Zat warna rapid
- Zat warna reaktif dingin

12.4 Tahapan Membuat Batik

Membuat batik meliputi pekerjaan :
1.  Menulis atau mengecap dengan lilin batik.
2. Memberi warna pada kain dengan cara mencelup atau coletan.
3. Menghilangkan lilin batik dari kain dengan mengerok atau melorod

Sebelum menguraikan cara-cara pembuatan batik dengan macam-macam
prosedurnya, terlebih dahulu diuraikan pengertian pekerjaan-pekerjaan pokok
yang akan dijumpai pada pembuatan batik.

12.4.1 Menulis dan Mencap Batik

Kain yang sudah dikerjakan persiapan, bila akan dibatik, dipola lebih dulu
bertujuan untuk menggambar desain dengan pinsil, kemudian baru masuk
pada pembatik tulis.  Untuk batik cap, proses pembatikan dapat langsung
dikerjakan tanpa perlu dipola.

Macam-macam pengerjaan menulis atau mencap kain adalah :

1. Membatik atau mencap klowong
Pekerjaan dari proses pembuatan batik adalah membuat pola pada kain
dengan cara digambar menggunakan pensil.  Setelah digambar, pekerjaan
selanjutnya adalah pelekatan lilin yang pertama, dan lilin ini merupakan
kerangka dari motif batik tersebut.  Proses pembuatan gambar ini biasanya
dilakukan untuk proses pembuatan batik tulis.  Untuk batik sogan, permukaan
kain bekas lilin klowong ini nantinya menjadi warna soga atau coklat. 
Klowongan ini ada dua tahap, tahap pertama disebut ”ngengrengan” yaitu
klowongan pertama, selanjutnya klowongan pada muka sebelahnya disebut
sebagai terusan klowongan pertama, pekerjaan ini disebut ”nerusi”
 
436

2. Nembok, tembokan pertama dan  nerusi
Yang dimaksud dengan menembok adalah menutup kain setelah diklowong,
dengan lilin yang lebih kuat dan pada tempat-tempat yang tertutup ini, nantinya
tetap putih. Nembok ini meliputi menutup permukaan, memberikan isen dan
cecek pada kain yang telah diklowong.




















Gambar 12 – 8
Pembuatan Pola Batik


3. Membironi, merining, menutup
Agar pada tempat-tempat yang berwarna tidak ketumpangan warna lain, atau
pada warna putih tetap putih. Pekerjaan membironi, merining dilakukan pada
kain setelah diwedel dan dikerok atau dilorod, sebelum kain tersebut disoga
atau dicelup warna terakhir. Jadi pekerjaan ini dilakukan pada tengah-tengah
proses pembuatan kain batik.

4. Cap jeblok
Yang dimaksud cap ”jeblok” ialah pada pencapan lilin batik tidak dibedakan
atas lilin klowong dan lilin tembok, tetapi disatukan, mengerjakan capnya
sekaligus. Jadi pada cap jeblok ini menutup permukaan kain yang nantinya
akan berwarna soga maupun berwarna putih.  Pencapan cara ini untuk
membuat batik dengan teknik lorodan.

5. Lukisan lilin batik
Perkembangan kemudian dari pada seni batik (perkembangan terakhir pada
saat buku ini ditulis) menghasilkan suatu kreasi baru dalam seni batik, dimana
gaya ini mempunyai corak tersendiri, yaitu gambaran-gambaran atau desain
 
437
abstrak yang diisi dengan isen-isen seperti motif batik.  Desain pada kain batik 
tersebut, kerangkanya dibuat dengan cara melukiskan lilin cair pada mori
dengan alat-alat semacam kuas.  Batik-batik type ini hanya dapat dibuat oleh
orang-orang yang berbakat seni, dan batik ini dikenal dengan nama batik ”gaya
baru”, ”kreasi baru” atau batik ”gaya bebas”.




















Gambar 12 – 9
Pembatikan

6. Cara lain untuk resist warna
Zaman dulu orang menggunakan bubur ketan untuk menutup permukaan kain
agar pada tempat-tempat tertentu tidak diwarnai.  Kain yang dibuat dengan
bubur ketan ni terkenal dengan nama kain ”simbut”.  Cara ini sekarang tidak
dikerjakan lagi. 

Cara lain untuk membuat kain tidak diwarnai pada tempat-tempat tertentu,
dengan mengikat tempat-tempat tertentu tersebut dengan tali, pada
pencelupan tempat yang diikat ini tidak diwarnai. Kain yang dibuat dengan cara
ini dikenal dengan nama ”kain jumputan”.

12.4.2 Memberi Warna

Mori batik yang telah dicap atau ditulis dengan lilin yang merupakan gambaran
atau motif dari batik yang akan dibuat, diberi warna, sehingga pada tempat
yang terbuka menjadi berwarna sedang pada tempat yang tertutup dengan lilin
tidak kena warna atau tidak diwarnai.

1. Medel 
438

Medel adalah memberi warna biru tua pada kain setelah kain dicap klowong
dan dicap tembok atau selesai di tulis. Untuk kain sogan kerokan, medel adalah
warna pertama yang diberikan pada kain.  Medel dilakukan secara celupan.

Dulu dipakai untuk medel adalah nila dari daun indigofera (daun-tom), karena
zat warna ini mempunyai daya pewarnaan lembut/warna muda, maka celupan
dilakukan berulang-ulang. Kemudian untuk medel dipakai zat warna Indigo
sintetik dimana cara pencelupannya sama dengan Indigo alam.  Dipakai pula
zat warna naftol untuk medel, dimana cara pencelupannya lebih cepat karena
hanya dilakukan satu kali.  Wedelan adalah sebagai warna dasar yang
berwarna biru tua.

2. Celupan warna dasar
Untuk batik-batik berwarna, seperti batik Pekalongan, batik Cirebon, Banyumas
dan lain-lainnya, maka batik tersebut tidak diwedel, tetapi sebagai gantinya
diberi warna yang lain, seperti warna-warna hijau, violet, merah, kuning, oranye
dan lain-lainnya.  Warna dasar ini, agar pada pewarnaan berikutnya tidak
berubah atau tidak ketumpangan warna lain, maka warna dasar perlu ditutup
dengan lilin batik.  Maka biasanya zat warna yang dipakai adalah yang
mempunyai ketahanan yang baik seperti cat Indigosol, naftol atau Indanthreen.

















Gambar 12 – 10
Pewarnaan Batik

3. Menggadung
Yang dimaksud dengan menggadung ialah menyiram kain batik dengan larutan
zat warna.  Kain diletakkan terbuka rata di atas papan atau meja kemudian
disiram dengan larutan cat.

Cara pewarnaan ini menghemat zat warna tetapi hasil warnanya agak kurang
rata, karena larutan cat itu diratakan dengan cara disapu-sapu.  Pewarnaan
 
439
batik secara menggadung ini dikerjakan oleh para pembuat batik Pekalongan,
untuk memberi warna pada kain batik sarung atau batik buketan.
4. Coletan atau dulitan
Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan ialah memberi warna pada kain
batik pada tempat-tempat tertentu dengan larutan zat warna yang dikuaskan
atau dilukiskan di mana daerah yang diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin
sehingga warna tidak membelobori daerah yang lain.  Biasanya untuk coletan
dipakai cat Rapid atau Indigosol.  Di daerah pantai Utara seperti Gresik,
pewarnaan secara ini disebut ”dulitan” dan kain batik yang dihasilkan disebut
kain dulitan dan hal ini sudah dikerjakan sejak dulu kala.

5. Menyoga
Menyoga adalah memberi warna coklat pada kain batik. Untuk kain sogan
Yogya dan Solo menyoga adalah sebagai  pewarnaan terakhir.  Dahulu kala
warna coklat atau warna soga dibuat dari zat warna tumbuh-tumbuhan, antara
lain dari kulit pohon soga, sehingga sampai sekarang mencelup batik dengan
warna soga ini disebut menyoga dengan warna coklat pada kain batik disebut
warna soga.

Warna soga dapat dicapai dengan zat-zat warna dari tumbuhan yang disebut
”soga Jawa”.  Dari zat warna soga sintetik, biasa digunakan seperti sogan
Ergan, soga chroom, soga Kopel, zat warna naftol, zat warna Indigosol atau
kombinasi (tumpangan atau campuran) dari beberapa zat warna tersebut.

12.4.3 Menghilangkan Lilin Batik

Menghilangkan lilin batik pada kain batik dapat berupa menghilangkan
sebagian atau keseluruhan.  Menghilangkan lilin sebagian atau setempat
adalah melepaskan lilin pada tempat-tempat tertentu dengan cara menggaruk
lilin itu dengan alat semacam pisau, pekerjaan ini disebut ”ngerok” atau ngerik”.

Untuk kain batik sogan Yogya dan Solo, ngerok dilakukan pada kain setelah
diwedel.  Disini maksud mengerok ialah untuk membuka lilin klowong dimana
pada bekas lilin tersebut nantinya akan diberi warna soga (warna coklat).

Menghilangkan lilin keseluruhan, dilakukan pada tengah-tengah proses
pembuatan batik atau pada akhir proses pembuatan batik.  Pada pembuatan
kain batik secara lorodan, di tengah-tengah proses pembuatan batik tidak
diadakan kerokan, tetapi kain tersebut dilorod dimana lilin dihilangkan
seluruhnya.  Kemudian pada warna-warna yang tidak boleh ketumpangan
warna lain atau di tempat-tempat yang akan tetap putih, ditutup dengan lilin
(penutupan dilakukan dengan tangan).   Proses pembuatan batik secara
lorodan misalnya pada pembuatan batik Banyumas atau Pekalongan

Menghilangkan lilin keseluruhan pada akhir proses pembuatan batik, disebut
”mbabar” atau ”ngebyok” atau melorod.  Menghilangkan lilin secara
keseluruhan ini dikerjakan dengan cara pelepasan di dalam air panas, di mana
lilin meleleh dan lepas dari kain.  Air panas sebagai air lorodan tersebut 
440

biasanya diberi larutan kanji untuk kain batik dengan zat warna dari nabati,
sedang untuk batik dengan zat warna dari anilin (sintetik) air lorodan diberi
soda abu.

Untuk batik dari sutera atau serat protein yang lain, maka penghilangan lilin
secara pelarutan, yaitu kain direndam dalam pelarut lilin yaitu bensin (tetapi
awas akan bahaya kebakaran).  Cara lain untuk menghilangkan lilin pada batik
sutera, pada proses pembatikan digunakan lilin khusus yang mudah lepas pada
air panas, dapat juga tetap digunakan lilin biasa tetapi pada air lorodan diberi
emulsi minyak tanah dan teepol, atau kain direndam dingin dalam larutan alkali
(misalnya 10 gram per liter soda abu).
Dengan  proses-proses pokok pembuatan batik tersebut, dengan berbagai
variasi, orang menemukan berbagai cara tahapan pembuatan batik, seperti :
batik kerokan, batik lorodan, batik bedesan, batik radionan. 














Gambar 12 – 11
Menghilangkan Lilin Batik (Melorod)

12.4.4 Memecah Lilin Batik

Yang dimaksud dengan membuat pecah lilin batik (lilin tembokan), yang dikenal
dengan istilah ngremuk, ialah agar lilin pecah dengan teratur, sehingga pada
garis-garis pecahan itu nanti warna soga (atau warna yang lain) dapat masuk
ke dalamnya,  maka akan diperoleh kain batik dengan motif gambaran dari
garis-garis bekas pecahan lilin tersebut.  Biasanya ngremuk dilakukan pada
kain dalam keadaan basah setelah proses pemberian lilin/malam.  Medel kain
atau pemberian warna dengan sengaja ngremuk lilin, dikenal dengan nama
”batik wonogiren”, karena dahulu batik dari daerah Wonogiri memiliki kekhasan
yaitu motif hasil dari memecah-mecah lilinnya.

12.5 Teknik Pelekatan Lilin

Yang dimaksud batikan ialah hasil pelekatan lilin batik pada kain.  Ditinjau dari
cara dan alat untuk melekatkan lilin batik pada kain tersebut dapat dibedakan
 
441
atas 3 macam cara, yaitu dengan cara membatik tulis dengan canting tulis,
mencap dengan canting cap, dan dengan cara melukis.  Masing-masing cara
tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut.

12.5.1 Menggunakan Canting Tulis

Untuk membatik tulis alat yang digunakan untuk mengaplikasikan lilin batik cair
pada kain disebut canting tulis atau canting. Canting tulis dibuat  dari plat
tembaga berbentuk seperti kepala burung, dan bekerjanya alat ini berprinsip
pada ”bejana berhubungan”.

Canting untuk membatik secara tulis tangan ini terdiri dari badan (1) berbentuk
seperti cerek, cucuk (2) berupa saluran dan tangkai (3) dari bambu atau glagah
(lGambar 11-13).  Bentuk dan besar kecilnya cucuk canting tergantung
pemakaiannya, untuk canting cecek cucuknya kecil, untuk canting klowong
cucuknya sedang, untuk canting tembokan dan tutupan cucuknya lebih besar,
untuk canting nitik ujung cucuk berbentuk segi empat atau gepeng.  

Cucuk canting ada yang dibuat dengan satu saluran, dua atau tiga saluran. 
Bila canting tulis ini dimasukkan ke dalam lilin cair untuk mengambil lilin batik
cair tersebut, bila berkedudukan seperti B, maka lilin batik cair tidak keluar
melalui cucuk, tetapi bila kedudukannya dirubah menjadi C, maka lilin batik cair
akan keluar melalui cucuk canting, dan bila ujung cuck canting ditempelkan
pada permukaan kain dan digerakkan maka terjadilah garis-garis lilin batik yang
segera membeku di atas kain 














Gambar 12- 12
Pelekatan Lilin dengan Canting Tulis

Biasanya setelah pengambilan lilin cair,  sebelum canting mulai ditempelkan
pada kain untuk membatik, ujung cucuk canting itu diembus (didamu/disebu)
dengan maksud :
1. Ujung saluran cucuk canting bila tertutup oleh lilin yang mulai membeku,
menjadi terbuka, lilin cair dari dalam canting dapat keluar dengan lancar. 
442

2. Lilin cair yang menempel pada bagian bawah dari canting karena kena
embusan menjadi dingin dan membeku, sehingga tidak menetes.

Supaya terjadi bekas garis-garis atau cecek-cecek lilin dengan bentuk yang
baik, maka pada dasarnya gerakan canting ini selalu dari bagian bawah menuju
ke arah bagian atas. Berdasarkan analisa dan pengamatan, bentuk-bentuk
sederhana dasar gerakan membatik tulis itu dapat digambarkan sebagai
berikut:








































 
443










 
444



Gambar 12 – 13
Jalannya Canting Tulis

Tidak ada komentar :

Posting Komentar