Rabu, 02 Juli 2014

Menggunakan Canting Cap


Membatik cap atau “ngecap” ialah pekerjaan membuat batik dengan cara
mencapkan lilin batik cair pada permukaan kain.  Alat cap atau disebut pula
canting cap, adalah berbentuk “stempel” yang dibuat dari plat tembaga. 
Canting cap terdiri dari 3 bagian, yaitu : 
1. Bagian muka, berupa susunan plat tembaga yang membentuk pola batik 
2. Bagian dasar, tempat melekatnyan bagian muka 
3. Tangkai cap untuk memegang bila dipakai mencap.














Gambar 12 – 14  
Melekatkan Lilin dengan Canting Cap


















Gambar 12 – 15 
Pelekatan Lilin dengan Cara Dilukis dengan Kuas
 
446

Berdasarkan pada motif batik dan bentuk capnya, maka terdapat berbagai
macam cara menyusun cap pada permukaan kain, yang disebut jalannya
pencapan.  Beberapa jalannya pencapan (lampah) itu antara lain :
1. Bergeser satu langkah kekanan dan satu langkah kemuka, ini disebut
“tubrukan”
2. Bergeser setengah langkah kekanan dan satu langkah kemuka atau satu
langkah ke kanan dan setengah langkah kemuka, ini disebut sistim ”onda –
ende”.
3. Jalannya cap menurut arah garis miring, bergeser satu langkah atau
setengah langkah dari sampingnya, ini disebut sistim ”parang”.
4. Bila jalannya cap digeser melingkar, salah satu sudut dari cap itu tetap
terletak pada satu titik, sistem ini disebut ”mubeng” atau berputar.
5. Ada pula untuk mencapai satu raport motif digunakan dua cap, dan
jalannya mengecapkan dua cap tersebut berjalan berdampingan, ini disebut
sistim ”mlampah sareng” atau jalan bersama.

Pemanasan lilin batik cap juga harus disesuaikan dengan pemanasan tertentu
agar dapat dicapai hasil pencapan yang baik, yaitu jangan terlalu rendah dan
jangan terlalu tinggi.

Cara mengerjakan pencapan ialah pertama lilin batik dipanaskan di dalam
dulang tembaga yang pada dasarnya diletakkan beberapa lapis kasa dari
anyaman kawat tembaga.  Cap yang akan  dipakai diletakkan di atas dulang
yang berisi lilin cair, ditunggu beberapa saat sampai cap menjadi panas,
kemudian cap dipegang, diangkat dan dicapkan pada kain yang diletakkan di
atas bantalan meja cap.  Pengambilan lilin batik cap dengan meletakkan cap di
atas dulang dilakukan berulang-ulang sampai pencapan kain selesai atau
pekerjaan mencap telah selesai.

Pekerjaan mencap juga memerlukan pengalaman dan kemahiran, maka
seorang tukang cap yang baik perlu mendapat latihan kerja pencapan untuk
beberapa waktu lamanya. Jalannya cap pada pekerjaan mencap, bila
digambarkan secara skematis adalah sebagai berikut :














 
447
















































 
448


































Gambar 12 – 16 
Skema Jalannya Canting Cap
Baca Selengkapnya Menggunakan Canting Cap

BAB XII PEMBATIKAN



12.1 Persiapan Membuat Batik

Persiapan kain mori untuk pembuatan batik terdiri atas berbagai macam
pekerjaan, sehingga menjadi kain yang siap untuk dibatik.  Pekerjaan tersebut
meliputi : 
- Memotong kain
- Nggirah (mencuci) atau ngetel
- Nganji (menganji)
- Ngemplong (seterika, kalander)
  
12.1.1 Memotong Kain 

Kain batik atau mori yang masih berbentuk gulungan dipotong–potong dengan
ukuran sesuai panjang kain batik yang akan dibuat.  Untuk membuat kain
panjang untuk wanita (tapih) kain dipotong dengan ukuran 2,75 yard.  Demikian
pula untuk mori prima, tiap gulungan mempunyai ukuran panjang 48 yard      
(43 m) dan lebar ± 105 cm, biasanya dipotong menjadi 19 (ukuran batik normal)
atau menjadi 20 (ukuran batik sedang).  Ukuran yang lain digunakan sebagai
batik selendang, ikat kepala, sarung, hiasan dinding dan sebagainya.  Selesai
dipotong-potong, setiap ujung kain diberi lipatan kecil dan dijahit (diplipit),
dengan maksud, agar benang–benang yang paling tepi tidak lepas (berjerabai). 

12.1.2 Mencuci/Nggirah/ Ngetel

Biasanya mori batik diperdagangkan dengan  diberi kanji secara berlebihan,
agar kain tampak tebal dan berat.  Karena kanji dalam proses pemberian warna
bersifat menghalangi penyerapan, maka perlu dihilangkan kemudian diganti
dengan kanji ringan.  Cara menghilangkan kanji tersebut, kain direndam dalam
larutan enzim atau direndan satu malam, kemudian dikeprok/dicuci kemudian
dibilas dengan air bersih.  Bila kain tersebut akan dibuat batik halus (kualitas
prima atau primisima), maka mori itu tidak cukup hanya dicuci saja, tetapi di
“kloyor” atau di “ketel”.

Pekerjaan ngetel mori tidak hanya menghilangkan kanji saja, melainkan kain
mempunyai daya penyerapan lebih tinggi dan supel, tetapi terjadi penurunan
kekuatan kain walaupun sedikit.  Proses ini menyerupai proses merserisasi.
Pada pembatikan sekarang, kain sudah siap untuk dibatik karena kain
dipasaran kanji yang diberikan pada kain merupakan kanji ringan dan kain telah
mengalami proses merser.
 
426

Yang dipakai untuk ngetel pada dasarnya adalah campuran minyak nabati
(minyak kacang, minyak klenteng, minyak kelapa) dan bahan–bahan pelarut
lain seperti soda abu, soda kostik, soda kue.  Kain dikerjakan berulang–ulang
dengan larutan tersebut dimana setiap pengerjaan ulang kain
dikeringkan/dijemur.

Pekerjaan ngetel mori batik ada beberapa cara meliputi :
1. Ngetel dengan campuran minyak kacang dan soda kostik. Larutan ini dipakai
untuk ngetel  mori kasar atau blacu.  Untuk kain mori dengan panjang 15 yard   
(untuk 5 potong kain batik) disediakan larutan  ngetel dengan resep sebagai
berikut :

70 g   soda kostik (NaOH) dilarutkan dalam 10 L air
300 cc  minyak kacang

Cara mengerjakannya, hari pertama kain dibasahi dengan 2 liter air, kemudian
diberi 2 liter larutan soda kostik dan 300 minyak kacang, kemudian dikerjakan
dalam larutan tersebut selama  beberapa waktu kemudian kain digulung atau
dilipat dan disimpan dalam bak selama 12 jam.  Setelah selesai kain dijemur
sampai kering kemudian dimasukan kembali dalam bak pengetel, diberi 1½ liter
larutan soda kostik, dilipat, disimpan dalam bak pengetel selama 12 jam, 
dikeringkan. Pekerjaan tersebut diulang sampai 5 kali. Pekerjaan terakhir
dilakukan pencucian sampai bersih kemudian dikeringkan.

2.  Mengetel dengan minyak kacang
Pengetelan ini untuk mengerjakan kain yang halus, untuk 1 gulung kain mori
(17 yard) disediakan bahan – bahan berikut :
300 g   minyak kacang
  20 l    larutan merang

Cara mengerjakannya, kain dibuka, dimasukkan dalam bak pengetel                 
(bak bundar atau wajan), dibasahi dengan air, diberi 300 cc minyak kacang dan              
2 liter air abu merang, direndam, kemudian disimpan basah selama 12 jam
dalam keadaan dilipat, kemudian dikeringkan.  Pekerjaan seperti ini diulangi
sampai 9 kali.  Pada hari terakhir kain dicuci bersih dan dikeringkan.

3.  Mengetel dengan minyak kacang dan soda abu
Pekerjaan ini dilakukan untuk mengetel mori kualitas sedang dan halus.
Untuk satu potong kain ukuran 3 yard diperlukan : 
 70 g   Minyak kacang 
 45 g    Soda abu

Kain dikerjakan dalam larutan bak ketelan dalam larutan yang mengandung           
75 cc minyak kacang dicampur dengan ½ liter larutan soda abu, campuran ini
dituangkan dalam bak ketelan, kain direndam beberapa saat kemudian
dikeringkan.
 
427
Setelah kering kain diberi 0,5 liter larutan soda abu direndam,   dikeringkan lagi,
diulangi sampai 6 kali atau lebih.  Cara ini tidak memakai penyimpanan basah.
Pada pengerjaan terakhir kain kemudian dicuci dan dikeringkan.
Pekerjaan ketelan tersebut masih banyak cara–cara dan variasinya, tiap
daerah pembatikan mempunyai cara dan pengalaman sendiri – sendiri.
Beberapa cara diatas  merupakan contoh.
Pada era sekarang ini pengerjaan mengetel sudah tidak dikerjakan lagi
mengingat lama dan kurang efesien. Sebagai gantinya kain direndam dalam
larutan penghilang kanji seperti enzim dan sebagainya. 

12.1.3 Menganji Kain

Kain yang akan dibuat batik perlu dikanji agar lilin batik tidak meresap kedalam
kain.  Tetapi kanji tersebut tidak boleh menghalangi penyerapan zat warna
pada kain, maka kanji yang diberikan adalah kanji tipis atau kanji ringan. 

Pemakaian kanji tersebut sekitar 20 g tapioka untuk 1 liter air, cara
melarutkannya atau cara membuat bubur kanji, mula–mula kanji dilarutkan
dengan air dingin kemudian dipanaskan sambil diaduk–aduk.  Kain mori dikanji
dengan larutan kanji dingin kemudian dijemur.  
Biasanya penganjian diakukan setelah kain dicuci atau diketel.  Setelah kain
dikanji kemudian dikemplong.

12.1.4 Ngemplong

Kain mori yang telah dikanji perlu dihaluskan atau diratakan permukaannya
dengan cara dikemplong.
Ngemplong adalah meratakan kain dengan cara kain dipukul berulang–ulang
dengan menggunakan palu dari kayu.  Cara ngemplong adalah kain yang telah
dikanji dan kering, beberapa lembar kain dilipat kemudian di letakKan dia atas
landasan kayu yang permuakannya rata, gulungan kain diikat dengan landasan
kayu agar tidak lepas, kemudian kain dipukul dengan pemukul kayu.  Setelah
kain rata gulungan kain dibuka dan kain satu persatu dibuka, dilipat untuk
dibatik.

Karena meratakan kain dalam keadaan dingin, tidak seperti jika menggunakan
seterika panas, maka kanji pada mori mudah dihilangkan dengan pencucian.
Pewarnaan tidak terganggu oleh adanya kanji pada kain batik dalam proses
persiapan ini.

12.2  Peralatan Batik

Untuk membuat batik diperlukan peralatan peralatan berikut :

1.  Canting tulis
Semula pembuatan batik dilakukan dengan menutupkan malam panas dengan
alat canting pada desain yang telah dibuat diatas kain mori putih dengan pensil. 
428

Cara yang demikian itu sampai sekarang masih dilakukan dan hasilnya disebut
batik tulis. 

Batik jenis ini harganya mahal, pembuatanya memakan waktu yang lama, akan
tetapi desain yang diperoleh tidak terbatas. Mengingat pembuatan batik tulis
yang cukup lama, maka orang berusaha mencari cara lain guna menyelesaikan
pembatikan dalam waktu yang singkat dan diketemukanlah batik cap.   


























Gambar 12 - 1  
Canting Tulis

Canting tulis terdiri dari 3 bagian yaitu badan (1), berbentuk seperti cerek,
cucuk (2) berupa saluran dan tangkai (3) dari bambu atau glagah.  Jenis
canting tulis yang dikenal adalah canting untuk klowongan (kerangka motif),
canting untuk tembokan, dan canting untuk isen (mengisi gambar). Canting
isen memiliki ujung tunggal, ujung tiga (telu 0, ujung lima, dan sebagainya. 

2.  Canting cap
Batik cap diperoleh dengan menggunakan alat cap yang berupa stempel yang
terbuat dari tembaga atau yang lainya misalnya dari kayu, alat cap yang berupa
stempel ini disebut canting cap. Cara menggunakannya adalah canting cap
diletakkan diatas malam yang meleleh pada kasa yang diletakkan diatas panci
tembaga/ender kemudian dipindahkan ditempelkan ke kain mori. Penempelan 
429
malam ini dapat dilakukan pada satu permukaan atau dua permukaan
tergantung dari kualitas batiknya. 











Gambar 12 – 2 
Canting Cap


3.  Ender
Panci tembaga/ender adalah tempat untuk melelehkan malam yang akan
digunakan untuk pembuatan batik cap, dan diatas ender biasanya ditempatkan
kain kasa agar pada saat penempelan malam pada canting cap tidak terlalu
banyak sehingga kalau dicapkan pada permukaan kain mori tidak mlobor.









Gambar 12 – 3 
Ender

4.  Wajan
Wajan adalah tempat melelehkan malam yang terbuat dari tembaga yang akan
digunakan untuk membuat batik tulis menggunakan canting tulis dan biasanya
ukuranya lebih kecil dari ender tetapi bentuknya lebih cekung.









 
430


Gambar 12 – 4 
Wajan
5.  Wangkringan
Wangkringan adalah alat yang  terbuat dari bambu yang digunakan untuk
tempat bersandar kain mori yang akan dibatik tulis, sehingga proses
pembatikan dapat berjalan lancar.  














Gambar 12 – 5 
Wangkringan
6.  Kompor minyak
Kompor minyak adalah alat pemanas yang digunakan untuk
pemanasan/pelelehan malam dengan bahan bakar minyak tanah, baik untuk
batik cap maupun batik tulis.
















Gambar 12 – 6 
Kompor Minyak

7.  Bak celup 
431
Bak celup adalah alat untuk mencelup batik yang terbuat dari kayu atau baja
tahan karat, dengan ukuran panjang disesuaikan dengan lebar kain batik dan
biasanya untuk mempermudah proses pencelupan ditengah dilengkapi dengan
rol pemberat yang terbuat dari kayu atau baja tahan karat.














Gambar 12 – 7  
Canting Cap

8.  Bak penghilangan lilin
Adalah alat yang terbuat dari logam yang akan digunakan untuk memanaskan
air guna melepas lilin batik yang menempel pada mori batik (nglorod),
berbentuk silinder dan kapasitasnya disesuaikan dengan jumlah batik yang
akan dilorod.

12.3 Bahan–bahan Batik

Bahan untuk membuat batik meliputi mori batik, lilin batik, zat warna dan zat
pembantu untuk batik.

12.3.1 Kain untuk Batik

Kain sebagai bahan yang akan dibuat batik disebut mori, muslim atau cambric.
Kata mori berasal dari “Bombyx mori” yaitu jenis ulat sutera yang menghasilkan
sutera putih dan halus, sedang kain putih untuk batik sifat-sifatnya seperti kain
sutera tersebut.  Muslim berasal dari “muslin” kependekan dari “moussuline”
yaitu nama semacam kain yang sangat halus, terbuat dari sutera atau katun.
Sedang cambric artinya “fine linnen” atau kain batis, yaitu kain putih yang
ringan dan halus.

Berdasarkan kehalusannya mori dibedakan dalam empat golongan yaitu :
- Mori primissima merupakan golongan mori yang paling halus.
- Mori prima, merupakan golongan mori yang kedua sesudah primissima,
mori golongan ini digunakan untuk batik halus dan batik cap.
 
432

- Mori biru, merupakan mori kualitas ketiga, biasanya untuk batik kasar dan
sedang.
- Kain grey atau blaco, adalah kategori bahan batik kualitas kasar.  
- Kain sutera, merupakan bahan kain untuk batik.
Batik dari kain sutera biasanya untuk batik halus dan harganya mahal.
12.3.2 Malam / Lilin

Malam batik adalah bahan yang digunakan untuk menutup permukaan kain
menurut desain sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak zat warna
yang diberikan pada kain.  Malam batik terdiri dari campuran beberapa bahan
pokok malam yaitu gondorukem, damar/mata kucing, parafin, microwax, lemak
binatang minyak kelapa, malam tawon dan malam lanceng. Jumlah dan
perbandingan pemakaiannya bervariasi tergantung tujuan penggunaanya. 

Pada akhir proses pembuatan batik, seluruh lilin batik dihilangkan dari
permukaan kain, dengan cara kain tersebut dimasukkan kedalam bak yang
berisi air panas, sehingga seluruh lilin batik lepas.  Lilin batik pada bak disaring
kemudian didinginkan sehingga akan terbentuk lilin batik yang membeku.  Lilin
batik sisa lorotan biasanya dipakai untuk menutup batik yang disebut tembokan
yaitu menutup kain batik secara keseluruhan. 

Sifat-sifat pokok malam batik adalah sebagai berikut.
1.  Malam tawon
Disebut juga kote atau malam klanceng berwarna kuning suram, mudah
meleleh, titik didihnya rendah 59o
C, mudah melekat pada kain, tahan lama, tak
berubah oleh iklim, dan mudah dilepaskan, penggunaannya banyak
dicampurkan pada lilin klowong.

2.  Gondorukem
Berasal dari pinus merkusu yang telah dipisahkan terpentin dan airnya. 
Gondorukem dalam perdagangan disebut dengan gondo, pabrik pengolahan
gondo tersebar di daerah Pekalongan, Pemalang, Ponorogo dan sebagainya. 
Dalam pembatikan dikenal beberapa jenis gondorukem seperti gondorukem
Amerika, Hongkong, Aceh, dan Gondorukem Pekalongan. 

Sifat–sifat gondorukem yaitu :
- Titik lelehnya agak tinggi sehingga memerlukan waktu yang lama untuk
melelehkannya
- Tidak tahan alkali, 
- Mudah menembus kain dalam keadaan encer 
- Mudah patah setelah dingin dan melekat
- Titik lelehnya 70o
C - 80o
C

Penggunaannya dicampurkan pada malam klowong sehingga menjadi lebih
keras dan tidak mudah membeku.

3.  Damar mata kucing  
433
Diambil dari pohon shoria apec, langsung dipecah-pecah menjadi lebih kecil.
Sifatnya sukar meleleh, lekas membeku dan tahan alkali, penggunaannya
sebagai campuran malam batik agar malam dapat membentuk bekas yang
ajam dan melekat dengan baik.

4.  Parafin, atau malam BPM 
Berwarna putih atau kuning muda, mempunyai daya tolak tembus basah yang
baik, mudah encer dan cepat membeku, daya lekat kecil, mudah lepas dan titik
lelehnya rendah. Penggunaannya dalam campuran malam batik, agar malam
mempunyai daya tahan tembus basah yang baik dan mudah lepas pada waktu
dilorod.

5.  Microwax, atau malam mikro
Adalah jenis parafin yang lebih halus, warnanya kuning muda, sukar meleleh,
mudah lepas dalam rendaman air, sukar menembus kain dan tahan alkali,
penggunaannya dalam campuran malam batik sebagai malam tembok atau
campuran malam klowong terutama untuk batik halus.

6.  Lemak binatang/kendal, atau gajih
Disebut juga lemak, warnanya seperti mentega, mudah menjadi encer,
penggunaanya sebagai campuran malam batik dalam jumlah kecil dan
berfungsi untuk menurunkan titik leleh, membuat lemas dan mudah lepas pada
waktu dilorod.          

7.  Campuran lilin batik
Lilin batik terdiri dari campuran bahan-bahan pokok lilin batik, dengan
perbandingan sedemikian rupa sehingga mencapai sifat – sifat yang
dikehendaki seperti daya tahan tembus, kebasahan, lemas dan fleksibel, dan
tidak mudah pecah, dapat membuat garis motif yang tidak mudah pecah/tajam,
mudah dihilangkan kembali dalam pemanasan.
Cara membuat campuran lilin batik dilakukan dengan memperhatikan hal
berikut : 

- Bahan batik yang mempunyai titik leleh tinggi, dilelehkan terlebih dahulu,
kemudian berturut – turut yang lebih rendah.
- Dalam pengerjaan mencampur ini, setelah semua bahan–bahan pokok
dimasukkan dan menjadi cair, diaduk dengan baik dan rata agar campuran
benar–benar homogen.
- Campuran lilin yang masih cair disaring, kemudian dicetak sesuai ukuran
yang dinginkan.

Contoh – contoh campuran lilin batik antara lain :
1. Lilin tembokan
1 bagian malam lanceng
2 bagian lilin parafin putih
2. Lilin batik klowongan biasa 
1 bagian malam lanceng
½  bagian lilin lorotan 
434

2 bagian parafin
3. Lilin batik klowongan
1 bagian malam lanceng
1 bagian lilin lorotan
2 bagian parafin
4. Lilin batik untuk cecek/isen
1 bagian malam lanceng
1 bagian gajih
1 bagian parafin
5. Lilin batik klowongan dari  Pekalongan 
10 bagian malam lanceng
  5 bagian gajih
  1 bagian parafin
Campuran diatas tidak baku tergantung daerah dan pengalaman dari pembatik.

12.3.3 Zat Warna Batik

Tidak semua zat warna dapat digunakan untuk mewarnai batik, hal ini
disebabkan karena pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan karena batik
menggunakan lilin dan tidak tahan terhadap pemanasan.  Ditinjau dari asalnya
terdapat zat warna alam yang berasal dari tumbuhan dan binatang serta zat
warna sintetik atau buatan.

1.  Zat warna alam dan penggunaannya.
Pewarnaan batik dapat menggunakan zat warna alam.   Penggunaan zat warna
alam untuk batik sekarang jarang dilakukan karena ada beberapa alasan
diantaranya adalah :
- Sulit diperoleh
- Kadarnya tidak tetap
- Warnanya suram 
- Jumlah terbatas
- Tidak bisa untuk produksi masal  
- Ketahanan luntur kurang
Penggunakan zat warna alam biasanya untuk batik yang ekslusif dan tidak
dalam produksi masal.

Zat warna alam yang bisa digunakan diperoleh dari 
-  Bagian tumbuh – tumbuhan seperti  akar, batang, kulit, daun , bunga
- Dari binatang seperti getah buang.
Contoh zat warna alam tersebut adalah :
- Kulit pohon nila
- Kulit pohon saga
- Akar mengkudu
- Kayu laban
- Kunir
- Daun the 
435
- Kembang palu
- Sari kuning
- Kayu mundu, dsb.

2.  Zat warna sintetik
Penggunaan zat warna sintetik untuk batik pemakaiannya cukup luas
dibandingkan dengan zat warna alam. Zat warna yang digunakan dipilh yang
pemakaiannya dingin sehingga tidak melelehkan lilin batik.  Penggunaan zat
warna sintetik untuk batik tahapannya sama dengan untuk proses pencelupan.

Zat warna sintetik yang dapat digunakan antara lain : 
- Zat warna bejana
- Zat warna bejana larut
- Zat warna naftol
- Zat warna rapid
- Zat warna reaktif dingin

12.4 Tahapan Membuat Batik

Membuat batik meliputi pekerjaan :
1.  Menulis atau mengecap dengan lilin batik.
2. Memberi warna pada kain dengan cara mencelup atau coletan.
3. Menghilangkan lilin batik dari kain dengan mengerok atau melorod

Sebelum menguraikan cara-cara pembuatan batik dengan macam-macam
prosedurnya, terlebih dahulu diuraikan pengertian pekerjaan-pekerjaan pokok
yang akan dijumpai pada pembuatan batik.

12.4.1 Menulis dan Mencap Batik

Kain yang sudah dikerjakan persiapan, bila akan dibatik, dipola lebih dulu
bertujuan untuk menggambar desain dengan pinsil, kemudian baru masuk
pada pembatik tulis.  Untuk batik cap, proses pembatikan dapat langsung
dikerjakan tanpa perlu dipola.

Macam-macam pengerjaan menulis atau mencap kain adalah :

1. Membatik atau mencap klowong
Pekerjaan dari proses pembuatan batik adalah membuat pola pada kain
dengan cara digambar menggunakan pensil.  Setelah digambar, pekerjaan
selanjutnya adalah pelekatan lilin yang pertama, dan lilin ini merupakan
kerangka dari motif batik tersebut.  Proses pembuatan gambar ini biasanya
dilakukan untuk proses pembuatan batik tulis.  Untuk batik sogan, permukaan
kain bekas lilin klowong ini nantinya menjadi warna soga atau coklat. 
Klowongan ini ada dua tahap, tahap pertama disebut ”ngengrengan” yaitu
klowongan pertama, selanjutnya klowongan pada muka sebelahnya disebut
sebagai terusan klowongan pertama, pekerjaan ini disebut ”nerusi”
 
436

2. Nembok, tembokan pertama dan  nerusi
Yang dimaksud dengan menembok adalah menutup kain setelah diklowong,
dengan lilin yang lebih kuat dan pada tempat-tempat yang tertutup ini, nantinya
tetap putih. Nembok ini meliputi menutup permukaan, memberikan isen dan
cecek pada kain yang telah diklowong.




















Gambar 12 – 8
Pembuatan Pola Batik


3. Membironi, merining, menutup
Agar pada tempat-tempat yang berwarna tidak ketumpangan warna lain, atau
pada warna putih tetap putih. Pekerjaan membironi, merining dilakukan pada
kain setelah diwedel dan dikerok atau dilorod, sebelum kain tersebut disoga
atau dicelup warna terakhir. Jadi pekerjaan ini dilakukan pada tengah-tengah
proses pembuatan kain batik.

4. Cap jeblok
Yang dimaksud cap ”jeblok” ialah pada pencapan lilin batik tidak dibedakan
atas lilin klowong dan lilin tembok, tetapi disatukan, mengerjakan capnya
sekaligus. Jadi pada cap jeblok ini menutup permukaan kain yang nantinya
akan berwarna soga maupun berwarna putih.  Pencapan cara ini untuk
membuat batik dengan teknik lorodan.

5. Lukisan lilin batik
Perkembangan kemudian dari pada seni batik (perkembangan terakhir pada
saat buku ini ditulis) menghasilkan suatu kreasi baru dalam seni batik, dimana
gaya ini mempunyai corak tersendiri, yaitu gambaran-gambaran atau desain
 
437
abstrak yang diisi dengan isen-isen seperti motif batik.  Desain pada kain batik 
tersebut, kerangkanya dibuat dengan cara melukiskan lilin cair pada mori
dengan alat-alat semacam kuas.  Batik-batik type ini hanya dapat dibuat oleh
orang-orang yang berbakat seni, dan batik ini dikenal dengan nama batik ”gaya
baru”, ”kreasi baru” atau batik ”gaya bebas”.




















Gambar 12 – 9
Pembatikan

6. Cara lain untuk resist warna
Zaman dulu orang menggunakan bubur ketan untuk menutup permukaan kain
agar pada tempat-tempat tertentu tidak diwarnai.  Kain yang dibuat dengan
bubur ketan ni terkenal dengan nama kain ”simbut”.  Cara ini sekarang tidak
dikerjakan lagi. 

Cara lain untuk membuat kain tidak diwarnai pada tempat-tempat tertentu,
dengan mengikat tempat-tempat tertentu tersebut dengan tali, pada
pencelupan tempat yang diikat ini tidak diwarnai. Kain yang dibuat dengan cara
ini dikenal dengan nama ”kain jumputan”.

12.4.2 Memberi Warna

Mori batik yang telah dicap atau ditulis dengan lilin yang merupakan gambaran
atau motif dari batik yang akan dibuat, diberi warna, sehingga pada tempat
yang terbuka menjadi berwarna sedang pada tempat yang tertutup dengan lilin
tidak kena warna atau tidak diwarnai.

1. Medel 
438

Medel adalah memberi warna biru tua pada kain setelah kain dicap klowong
dan dicap tembok atau selesai di tulis. Untuk kain sogan kerokan, medel adalah
warna pertama yang diberikan pada kain.  Medel dilakukan secara celupan.

Dulu dipakai untuk medel adalah nila dari daun indigofera (daun-tom), karena
zat warna ini mempunyai daya pewarnaan lembut/warna muda, maka celupan
dilakukan berulang-ulang. Kemudian untuk medel dipakai zat warna Indigo
sintetik dimana cara pencelupannya sama dengan Indigo alam.  Dipakai pula
zat warna naftol untuk medel, dimana cara pencelupannya lebih cepat karena
hanya dilakukan satu kali.  Wedelan adalah sebagai warna dasar yang
berwarna biru tua.

2. Celupan warna dasar
Untuk batik-batik berwarna, seperti batik Pekalongan, batik Cirebon, Banyumas
dan lain-lainnya, maka batik tersebut tidak diwedel, tetapi sebagai gantinya
diberi warna yang lain, seperti warna-warna hijau, violet, merah, kuning, oranye
dan lain-lainnya.  Warna dasar ini, agar pada pewarnaan berikutnya tidak
berubah atau tidak ketumpangan warna lain, maka warna dasar perlu ditutup
dengan lilin batik.  Maka biasanya zat warna yang dipakai adalah yang
mempunyai ketahanan yang baik seperti cat Indigosol, naftol atau Indanthreen.

















Gambar 12 – 10
Pewarnaan Batik

3. Menggadung
Yang dimaksud dengan menggadung ialah menyiram kain batik dengan larutan
zat warna.  Kain diletakkan terbuka rata di atas papan atau meja kemudian
disiram dengan larutan cat.

Cara pewarnaan ini menghemat zat warna tetapi hasil warnanya agak kurang
rata, karena larutan cat itu diratakan dengan cara disapu-sapu.  Pewarnaan
 
439
batik secara menggadung ini dikerjakan oleh para pembuat batik Pekalongan,
untuk memberi warna pada kain batik sarung atau batik buketan.
4. Coletan atau dulitan
Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan ialah memberi warna pada kain
batik pada tempat-tempat tertentu dengan larutan zat warna yang dikuaskan
atau dilukiskan di mana daerah yang diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin
sehingga warna tidak membelobori daerah yang lain.  Biasanya untuk coletan
dipakai cat Rapid atau Indigosol.  Di daerah pantai Utara seperti Gresik,
pewarnaan secara ini disebut ”dulitan” dan kain batik yang dihasilkan disebut
kain dulitan dan hal ini sudah dikerjakan sejak dulu kala.

5. Menyoga
Menyoga adalah memberi warna coklat pada kain batik. Untuk kain sogan
Yogya dan Solo menyoga adalah sebagai  pewarnaan terakhir.  Dahulu kala
warna coklat atau warna soga dibuat dari zat warna tumbuh-tumbuhan, antara
lain dari kulit pohon soga, sehingga sampai sekarang mencelup batik dengan
warna soga ini disebut menyoga dengan warna coklat pada kain batik disebut
warna soga.

Warna soga dapat dicapai dengan zat-zat warna dari tumbuhan yang disebut
”soga Jawa”.  Dari zat warna soga sintetik, biasa digunakan seperti sogan
Ergan, soga chroom, soga Kopel, zat warna naftol, zat warna Indigosol atau
kombinasi (tumpangan atau campuran) dari beberapa zat warna tersebut.

12.4.3 Menghilangkan Lilin Batik

Menghilangkan lilin batik pada kain batik dapat berupa menghilangkan
sebagian atau keseluruhan.  Menghilangkan lilin sebagian atau setempat
adalah melepaskan lilin pada tempat-tempat tertentu dengan cara menggaruk
lilin itu dengan alat semacam pisau, pekerjaan ini disebut ”ngerok” atau ngerik”.

Untuk kain batik sogan Yogya dan Solo, ngerok dilakukan pada kain setelah
diwedel.  Disini maksud mengerok ialah untuk membuka lilin klowong dimana
pada bekas lilin tersebut nantinya akan diberi warna soga (warna coklat).

Menghilangkan lilin keseluruhan, dilakukan pada tengah-tengah proses
pembuatan batik atau pada akhir proses pembuatan batik.  Pada pembuatan
kain batik secara lorodan, di tengah-tengah proses pembuatan batik tidak
diadakan kerokan, tetapi kain tersebut dilorod dimana lilin dihilangkan
seluruhnya.  Kemudian pada warna-warna yang tidak boleh ketumpangan
warna lain atau di tempat-tempat yang akan tetap putih, ditutup dengan lilin
(penutupan dilakukan dengan tangan).   Proses pembuatan batik secara
lorodan misalnya pada pembuatan batik Banyumas atau Pekalongan

Menghilangkan lilin keseluruhan pada akhir proses pembuatan batik, disebut
”mbabar” atau ”ngebyok” atau melorod.  Menghilangkan lilin secara
keseluruhan ini dikerjakan dengan cara pelepasan di dalam air panas, di mana
lilin meleleh dan lepas dari kain.  Air panas sebagai air lorodan tersebut 
440

biasanya diberi larutan kanji untuk kain batik dengan zat warna dari nabati,
sedang untuk batik dengan zat warna dari anilin (sintetik) air lorodan diberi
soda abu.

Untuk batik dari sutera atau serat protein yang lain, maka penghilangan lilin
secara pelarutan, yaitu kain direndam dalam pelarut lilin yaitu bensin (tetapi
awas akan bahaya kebakaran).  Cara lain untuk menghilangkan lilin pada batik
sutera, pada proses pembatikan digunakan lilin khusus yang mudah lepas pada
air panas, dapat juga tetap digunakan lilin biasa tetapi pada air lorodan diberi
emulsi minyak tanah dan teepol, atau kain direndam dingin dalam larutan alkali
(misalnya 10 gram per liter soda abu).
Dengan  proses-proses pokok pembuatan batik tersebut, dengan berbagai
variasi, orang menemukan berbagai cara tahapan pembuatan batik, seperti :
batik kerokan, batik lorodan, batik bedesan, batik radionan. 














Gambar 12 – 11
Menghilangkan Lilin Batik (Melorod)

12.4.4 Memecah Lilin Batik

Yang dimaksud dengan membuat pecah lilin batik (lilin tembokan), yang dikenal
dengan istilah ngremuk, ialah agar lilin pecah dengan teratur, sehingga pada
garis-garis pecahan itu nanti warna soga (atau warna yang lain) dapat masuk
ke dalamnya,  maka akan diperoleh kain batik dengan motif gambaran dari
garis-garis bekas pecahan lilin tersebut.  Biasanya ngremuk dilakukan pada
kain dalam keadaan basah setelah proses pemberian lilin/malam.  Medel kain
atau pemberian warna dengan sengaja ngremuk lilin, dikenal dengan nama
”batik wonogiren”, karena dahulu batik dari daerah Wonogiri memiliki kekhasan
yaitu motif hasil dari memecah-mecah lilinnya.

12.5 Teknik Pelekatan Lilin

Yang dimaksud batikan ialah hasil pelekatan lilin batik pada kain.  Ditinjau dari
cara dan alat untuk melekatkan lilin batik pada kain tersebut dapat dibedakan
 
441
atas 3 macam cara, yaitu dengan cara membatik tulis dengan canting tulis,
mencap dengan canting cap, dan dengan cara melukis.  Masing-masing cara
tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut.

12.5.1 Menggunakan Canting Tulis

Untuk membatik tulis alat yang digunakan untuk mengaplikasikan lilin batik cair
pada kain disebut canting tulis atau canting. Canting tulis dibuat  dari plat
tembaga berbentuk seperti kepala burung, dan bekerjanya alat ini berprinsip
pada ”bejana berhubungan”.

Canting untuk membatik secara tulis tangan ini terdiri dari badan (1) berbentuk
seperti cerek, cucuk (2) berupa saluran dan tangkai (3) dari bambu atau glagah
(lGambar 11-13).  Bentuk dan besar kecilnya cucuk canting tergantung
pemakaiannya, untuk canting cecek cucuknya kecil, untuk canting klowong
cucuknya sedang, untuk canting tembokan dan tutupan cucuknya lebih besar,
untuk canting nitik ujung cucuk berbentuk segi empat atau gepeng.  

Cucuk canting ada yang dibuat dengan satu saluran, dua atau tiga saluran. 
Bila canting tulis ini dimasukkan ke dalam lilin cair untuk mengambil lilin batik
cair tersebut, bila berkedudukan seperti B, maka lilin batik cair tidak keluar
melalui cucuk, tetapi bila kedudukannya dirubah menjadi C, maka lilin batik cair
akan keluar melalui cucuk canting, dan bila ujung cuck canting ditempelkan
pada permukaan kain dan digerakkan maka terjadilah garis-garis lilin batik yang
segera membeku di atas kain 














Gambar 12- 12
Pelekatan Lilin dengan Canting Tulis

Biasanya setelah pengambilan lilin cair,  sebelum canting mulai ditempelkan
pada kain untuk membatik, ujung cucuk canting itu diembus (didamu/disebu)
dengan maksud :
1. Ujung saluran cucuk canting bila tertutup oleh lilin yang mulai membeku,
menjadi terbuka, lilin cair dari dalam canting dapat keluar dengan lancar. 
442

2. Lilin cair yang menempel pada bagian bawah dari canting karena kena
embusan menjadi dingin dan membeku, sehingga tidak menetes.

Supaya terjadi bekas garis-garis atau cecek-cecek lilin dengan bentuk yang
baik, maka pada dasarnya gerakan canting ini selalu dari bagian bawah menuju
ke arah bagian atas. Berdasarkan analisa dan pengamatan, bentuk-bentuk
sederhana dasar gerakan membatik tulis itu dapat digambarkan sebagai
berikut:








































 
443










 
444



Gambar 12 – 13
Jalannya Canting Tulis
Baca Selengkapnya BAB XII PEMBATIKAN

Pencapan Serat Sintetik



10.5.1. Pencapan Kain Poliester 
 
335
Kain poliester sebelum dikerjakan pencapan perlu dilakukan proses persiapan,
seperti penghilangan kanji dan pemasakan untuk menghilangkan kanji dan
pelumas atau kotoran lain, kemudian dikerjakan proses pemantapan panas
(heat setting) untuk memperoleh kestabilan dimensi kain serta memperoleh
kain yang permukaannya rata.   Apabila diperlukan dapat dikerjakan proses
pemutihan optik lebih dahulu atau dilakukan pencelupan dulu sebagai warna
dasar muda. 

Zat warna yang digunakan dan paling sesuai adalah  zat warna dispersi. Zat
warna ini memiliki sifat tahan luntur warna yang baik dan warnanya cerah.  Zat
warna dispersi yang digunakan bermacam – macam dengan nama dagang
masing-masing zat warna berbeda sehingga pemberian namanya biasanya
dengan mencantumkan nama, warna yang dihasilkan dan kode masing-masing
zat warna. 
Nama-nama dagang zat warna dispersi antara lain :
− Dianic HRCF
− Dianic Violet ARSFS
− Dyspanyl Black D2DF
− Dyspanil Black D2GR
− Dyspanil Navy D3GR
− Dyspanil Yellow GG
− Foron Navy D3GR
− Foron Scarlet 5BWFL
− Foron Brown 5LS
− Miketon Yellow 5GF
− Coralene 3REL
− Navilene Black 5RL
− Navilene Blue BGG
− Navilene Blue Yellow FFL
− Navilene Gold Yellow GG
− Navilene Red 2B
− Navilene Red B2L
− Palanil Yellow 5GLKF
− Lumacton Blue BBLS
− Resdine Blue
− Terasi Blue BGG
− Terasiul Bold Yellow 2 BS
− Violet HBL
− DSB

Pengental yang digunakan harus mempunyai viskositas tertentu, daya lekat
kuat, film terbentuk elastis, rata dan mudah dihilangkan. Pengental yang dipilih
tergantung kasa yang digunakan, metode fiksasi dan jenis kain. Pengental
dengan kandungan zat padat tinggi  (high solid content) misalnya gom kristal
atau gom Inggris, akan memberikan batas motif yang tajam dan rata.
 
336

Pengental dengan kandungan zat padat rendah (low solid content) misalnya
natrium alginat atau  locust bean eter  terbentuk film yang tipis dan mudah
dihilangkan dalam pencucian tapi motif kurang tajam. Saat ini banyak
digunakan pengental campuran dengan eter kanji. Pengental semi emulsi
dapat juga digunakan tetapi memberikan ketajaman motif yang kurang. Selain
itu dipakai pula pengental campuran  eter kanji dan alginat.

Metoda Fiksasi
Metoda fiksasi yang dapat digunakan antara lain :
1) Pengukusan tekanan normal
Pada metode fiksasi pengukusan tekanan normal ini tidak diperlukan tekanan
tinggi, dengan uap jenuh 100 – 1020
C. untuk mendapatkan hasilyang rata dan
baik digunakan zat warna dalam bentuk pasta dan ditambahkan carrier,
misalnya jenis orto atau para fenil fenol 30-60 g/kg pasta cap. Waktu
pengukusan selama 20 - 30 menit dengan pemilihan tingkat sublimasi rendah
zat warna dispersi.
2) Pengukusan tekanan tinggi
Pengerjaan fiksasi cara pengukusan bertekanan tinggi  (high pressure
steaming) 2,5 – 3,0 Atm dengan temperatur 128o
C – 1300
C selama 20 - 30
menit dapat meningkatkan zat warna terfiksasi sampai 90% dengan pemilihan
zat warna dispersi, yang tidak dapat diperoleh dengan suhu yang lebih rendah
dengan waktu lama khususnya untuk warna-warna tua. Pengerjaan dengan
uap bertekanan tidak dapat dilakukan secara kontinyu. Zat warna dispersi
dengan sublimas cukup atau baik yang digunakan.

3) Pengukusan suhu tinggi
Pengerjaan fiksasi cara pengukusan suhu tinggi untuk mendapatkan kecepatan
fiksasi zat warna yang tinggi. Pasta cap perlu ditambahkan urea untuk
membantu pemindahan/penyerapan zat warna ke serat poliester. Kondensat
uap mengenai kain sehingga terjadi penggelembungan film pengental, tapi
pengental tidak terbakar seperti fiksasi kering sehingga hasilnya pada cara ini
lebih lembut. Pengental dengan kandungan zat padat tinggi lebih dari 12%
akan menyebabkan kesulitan penghilangan pengental dalam pencucian.
Campuran alginat dan eter kanji (4:1) dapat mencegah hal tersebut. Suhu
pengerjaan antara 160 – 1850
C selama 8 -1 menit,  tergantung jenis zat
warnanya sedangkan zat warna dispersi dengan sublimasi rendah tidak dapat
dipakai.

4) Udara panas/termofiksasi
Pengerjaan fiksasi cra udara panas dapat dilakukan pada mesin stenter atau
mesin lain. Suhu yang digunakan antara 180 – 2100
C selama 120 40 detik. Zat
warna dispersi yang digunakan dipilih dengan sublimasi tinggi dengan zat
warna terfiksasi antara 50 – 70%. Untuk serat poliester yang berefek
gelombang seperti poliester tekstur, fiksasi cara ini tidak dianjurkan sebab
dapat mengurangi efek gelombang tersebut satau suhu dibatasi antara 150 –
1700
C. Dalam pasta cap dapat ditambahkan urea 10% dan disarankan
menggunakan pengental emulsi.
 
337
Contoh resep :
ƒ Fiksasi pengukusan tekanan tinggi
Pasta pengental induk
- Locust beam  600 g
gum 15%
- CMC 10% 200 g
- Carbaxy methyl 200 g 
Starch 10%
Jumlah 1.000 g

Pasta cap
- Zat warna dispersi 1 – 200 g
- Air hangat 500
C 200 g
- Pengental induk 500 g
- Asam sitrat 1 – 3 g
- Natrium khlorat 2 – 5 g
- Anti busa/perata 5 – 10 g
- Pelunak air  0 – 5g
- Balance  x g
Starch 10%
Jumlah 1.000 g

Zat warna dispersi dilarutkan atau didispersikan dalam air dan diaduk rata,
kemudian masukkan ke dalam pengental yang telah mengandung zat-zat
pembantu lainnya.  Donor asam (asam sitrat) diperlukan karena banyak zat
warna dispersi terpengaruh oleh kondisi alkali pada waktu fiksasi, pH pasta cap
sekitar 5 – 6. Dianjurkan menggunakan Na dihidrogen fosfat karena tidak
menyebabkan korosi pada screen nikel dan cocok apabila digunakan pengental
alginat. Kerusakan zat warna dapat dicegah dengan penambahan zat
pengoksidasi atau pencegah reduksi seperti natrium khlorat atau nitro benzena
sulfonat.  Balance adalah penambahan air atau pengental induk untuk
mengatur kekentalan pasta cap.

Urutan pengerjaan :
− Pencapan
− Pengeringan
− Pengukusan tekanan tinggi 1300
C selama 30 menit
− Cuci air dingin
− Cuci air hangat 600
C
− Cuci sabun dengan sabun 2 g/l, suhu 700
C selama 5 – 10 menit. Untuk
warna tua dilakukan cuci reduksi (reduction clearing) dengan Na hidroksida
380
Be 2 – 4 ml/l, Na hidrosulfit 2 – 4 g/l dan deterjen 1 ml/l. Suhu 50 – 700
C
selama 10 menit.
− Bilas air hangat 600
C.
− Bilas air dingin
− Pengeringan
 
338

ƒ Fiksasi pengukusan suhu tinggi
Pasta pengetal induk
- Locust beam  550 g
gum 12%
- CMC 10% 100 g
- Carbaxy methyl 200 g 
Starch 10%
- Emulsi o/w 150 g 
Jumlah 1.000 g

Pasta cap
- Zat warna dispersi 1 – 200 g
- Air hangat 500
C 300 g
- Pengental induk 500 g
- Asam sitrat 1 – 3 g
- Natrium khlorat 2 g
- Anti busa/perata 0 – 10 g
- Akselerator fiksasi 0 – 20 g
- Pelunak air  0 – 5g
- Balance  x g
Starch 10%
Jumlah 1.000 g

Diperlukan pemilihan zat warna yang dapat tersublim cepat, sangat hidrofob
dan kurang sensitif terhadap perubahan suhu dan waktu pengukusan.  Hal ini
untuk mengurani penodaan warna sewaktu proses fiksasi. Perlu digunakan zat
pemercepat fiksasi khususnya untuk warna-warna tua.  Natrium m-
nitrobensena sulfonat dapat pula digunakan sebagai pencegah reduksi zat
warna.  Penggunaan akselerator fiksasi, anti busa dan perata dapat dikurangi
apabila digunakan pengental emulsi o/w.  Dalam pasta cap dapat ditambahkan
urea sebanyak 20%.  Penggunaan pengental emulsi dalam pengental induk
dapat membantu kecepatan pemindahan zat warna ke dalam serat poliester.

Urutan proses pengerjaan :
− Pencapan
− Pengeringan
− Pengukusan suhu tinggi 160 - 1800
C selama 10 - 3 menit
− Cuci air dingin
− Cuci air hangat 600
C
− Cuci sabun panas untuk warna muda, cuci reduksi untuk warna sedang dan
tua.
− Bilas air hangat 600
C.
− Bilas air dingin
− Pengeringan

10.5.2. Pencapan Nilon
 
339
Pencapan nilon (poliamida) banyak dilakukan dengan menggunakan zat warna
asam,  zat warna reaktif dan zat warna dispersi.
Penggunaan zat warna asam memberikan kecerahan yang tinggi, kerataan dan
tahan lunturnya  baik.

10.5.2.1. Pencapan Nilon dengan Zat Warna Asam

Zat warna asam yang digunakan sama dengan yang digunakan untuk
pencelupan. Pemilihan pengental harus tahan terhadap asam. Pengental yang
digunakan biasanya merupakan campuran dari beberapa jenis pengental,
sebagai pengasam dapat digunakan amonium asetat, amonium sulfat,
amonium tartrat atau asam asetat.

• Fiksasi pengukusan normal
Pasta pengental induk
- Locust beam  600 g
gum 12%
- CMC 10% 300 g
- Emulsi o/w 100 g 
 Jumlah1.000 g

Pasta cap
- Zat warna asam 30 – 60 g
- Air panas 900
C 250 g
- Pengental induk  450 - 500 g
- Tio etilena glikol 20 – 3 g
- Amonium sulfat 10 -15 g
- Natrium khlorat 0 – 5 g
- Perata  0 – 5 g
- Akselerator fiksasi 0 – 30 g
- Pelunak air  0 – 5g
- Balance  x g
Jumlah 1.000 g

Zat warna dilarutkan/dipastakan dengan air panas dan perata, kemudian
dimasukan kedalam pengental yang telah mengandung zat pembantu lain yang
telah dilarutkan. Terakhir dimasukan amonium sulfat, kemudian diatur
kekentalan pasta capnya.

Urutan pengerjaannya adalah sebagai berikut :
− Pencapan
− Pengeringan
− Pengukusan normal pada suhu 1030
C selama 30 menit untuk nilon 6 dan
1200
C selama 30 menit untuk nilon 66.
− Pencucian air dingin
− Pencucian sabun 600
C selama 10 menit dengan penambahan zat
pencegah penodaan 2 g/l 
340

− Pembilasan dengan  air hangat 600
C.
− Pembilasan dengan air dingin
− Pengeringan

• Fiksasi thermofiksasi
Pasta pengental induk
- Manutek 4 %  750 g
- Emulsi o/w 250 g 
 Jumlah1.000 g

Pasta cap
- Zat warna asam 30 – 60 g
- Air panas 900
C 200 g
- Tio etilena glikol 20 – 40 g
- Pengental induk 450 g
- Urea  60 – 150 g
- Amonium sulfat 30 -40 g
- Pelunak air  0 – 5g
- Balance  x g

 Jumlah1.000 g

Urutan pengerjaannya adalah sebagai berikut :
− Pencapan
− Pengeringan
− Thermofiksasi suhu 1900
C - 1950
C selama 40-50 detik
− Pencucian air dingin
− Pencucian sabun 600
C selama 5 menit dengan penambahan zat pencegah
penodaan 2 g/l
− Pembilasan dengan  air hangat 600
C.
− Pembilasan dengan air dingin
− Pengeringan

10.5.2.2. Pencapan Nilon dengan Zat warna Dispersi

Kain nilon dapat dicap dengan zat warna dispersi. Zat warna dispersi dipilih
yang sesuai untuk nilon.  Berikut contoh resep pencapan.

Pasta cap
- Zat warna dispersi 30 – 100 g
- Pengental   600 g
- Anti busa  20 g
- Natrium klorat 10 g
- Air  340 – 270g
- Balance  x g
 
341
 Jumlah1.000 g

Pengental yang digunakan sama dengan yang digunakan untuk pencapan
nilon dengan zat warna asam. Setelah pencapan, bahan dikeringkan,
pengukusan pada suhu 1300
C  selama 30 – 45 menit, kemudian cuci air dingin,
penyabunan, pembilasan dan pengeringan.

10.5.2.3. Pencapan Nilon dengan Zat Warna Reaktif

Zat warna reaktif untuk pencapan nilon (poliamida) banyak dipakai untuk nilon
66 daripada untuk nilon 6 dan memberikan hasil warna yang memiliki tahan
luntur warna  baik terhadap pencucian maupun sinar matahari. 

Pasta cap
- Zat warna procion H 30 g
- Pengental   500 g
-  Glydote BN 50 g
- Amonium sulfat 30 g
- Urea  50 g
- Anti busa  20 g
- Air   310g
- Perata  10 g
- Balance  x g
                 Jumlah       1.000 g

Zat warna dilarutkan bersama glydoe BN dan air panas kemudian ditambahkan
perata. Larutan ini ditambahkan kepengental (natrium alginat) yang
sebelumnya telah ditambahkan urea, amonium sulfat dan anti busa. Jumlah
pemakaian urea untuk nilon 6 dikurangi sampai 20 % dari pada nilon 66.

Urutan prosesnya adalah :
- Pencapan
- Pengeringan
- Pengukusan normal pada suhu 1030
C selama 30 menit
- Pembilasan
- Pengeringan

10.6. Pencapan pada Bahan Campuran

Bahan campuran adalah kain yang terbuat dari 2 jenis serat, biasanya serat I
adalah serat alam dan serat II adalah serat buatan, karena itu zat warna yang
digunakan dipilih sesuai dengan masing masing serat. 

Pencampuran antara dua serat yang berbeda jenisnya baik untuk benang
maupun kain sering dilakukan.  Tujuan dari pencampuran adalah untuk
meningkatkan kenampakkan dan kemampuan kain yang dibentuk.  Kelebihan 
342

dan kekurangan dari sifat-sifat serat yang membentuk akan saling
mempengaruhi dan saling memperbaiki.  Oleh karena salah satu serat
campuran biasanya adalah dari serat sintetik, maka serat dari benang atau kain
yang dibentuk lebih ringan.  Di samping itu pencampuran antara dua serat
dapat menekan kalkulasi biaya, karena pada umumnya serat-serat alam seperti
kapas atau wol harganya mahal, sedangkan serat-serat sintetik harganya lebih
murah.

Kain campuran poliester/kapas dibandingkan dengan kain kapas 100%
mempunyai sifat mudah pemeliharaannya dan mempunyai kekuatan tarik yang
lebih baik.  Dalam hal penggunaan sebagai bahan sandang di samping
pemeliharaannya lebih mudah, juga pemakaiannya lebih nyaman, dan lebih
awet.

Kain campuran poliester/kapas atau poliester/rayon dapat dicap dengan
berbagai metoda sebagai berikut :

1. Pencapan dengan kombinasi zat warna pigmen dan zat warna dispersi
2. Pencapan dengan zat warna bejana khusus
3. Pencapan dengan campuran zat warna bejana dan zat warna dispersi
4. Pencapan dengan zat warna dispersi khusus
5. Pencapan dengan campuran zat warna reaktif dan zat warna dispersi

10.6.1. Pencapan Zat Warna Pigmen dan Zat Warna Dispersi

Beberapa waktu yang lalu campuran siap pakai zat warna pigmen dan zat
warna dispersi, banyak dijumpai dengannama dagang Polyfast.

Sebagai dasar ide dari pencampuran ini dalah untuk meningkatkan ketahanan
hasil cap, dengan menguangi jumlah zat warna pigmen dan zat pengikat
dengan menambahkan zat warna dispersi. Zat warna dispersi akan menodai
zat pengikat dan sampai mencapai suhu tinggi tertentu juga dapat mewarnai
serat poliesternya.

Terakhir diketahui bahwa hipotesa ini tidak benar. Penambahan ketahanan
hasil cap dapat dicapai hanya pada suhu termofiksasi yang tinggi, di mana zat
warna dispersi keluar dari zat pengikat dan masuk ke dalam serat poliester.
Tentu saja hal ini hanya dapat dilakukan pada pencapan zat warna pigmen
dengan zat warna yang terpilih, selain itu jumlah zat pengikat pada pasta cap
tidak dapat dikurangi begitu saja. Dengan demikian tidak jelas adanya
penambahan kualitas ketahanan zat warna terutama pada pegangan kain.
Kemungkinan hal-hal inilah yang menyebabkan inspirasi pencapan  Dybln
Process.

10.6.2. Zat Warna Bejana Khusus
 
343
Beberapa dari zat warna bejana, yang disebut zat warna bejana khusus, dapat
mewarnai kain campuran poliester/kapas. Zat warna bejana khusus ini intinya 
menyerupai zat warna dispersi, untuk serat poliester tidak perlu dibangkit
(dioksidasi), dan tidak dapat mencapai warna yang optimal. Zat warna bejana
khusus yang diproduksi pertama oleh Cassella AG diberi nama Polyestren, dan
dikhususkan untuk pencapan serat campuran poliester/kapas. Belakangan ada
produk-produk lain dengannama Terracotton dan Cottestren dan lain-lain.

Zat warna bejana khusus ini dapat menghasilkan cap dengan kedalaman
warna yang sama pada kedua serat campuran tersebut. Akan tetapi untuk
warna tua tidak dapat dicapai, selain itu pasta cap dan biaya proses
pencapannya agak mahal.



10.6.3. Campuran Zat Warna Dispersi dan Zat Warna Bejana

Berdasarkan kalkulasi biaya dan hasil warna yang baik, belakangan ini banyak
digunakan campuran zat warna bejana dengan zat warna dispersi.

Kesulitan akan timbul apabila zat warna dispersi yang dapat berfungsi sebagai
zat pengoksidasi sehingga akan mempengaruhi fiksasi zat warna dispersi pada
proses metoda 2 (dua) tahap.  Pada zat warna dispersi gugus nitro dan gugus
azo memungkinkan berfungsi sebagai zat pengoksidasi pada larutan padding.
Gugus-gugus tersebut dapat mengurangi jumlah natrium hidrosulfit yang
digunakan untuk pembejanaan zat warna bejana.

Gugus antrakinon pada sebagian zat warna dispersi dapat mempengaruhi
fiksasi zat warna bejana. Pada prakteknya efek dari zat warna dispersi
terhadap pewarnaan zat warna bejana pada kapas tidak banyak berpengaruh.  
Zat warna dispersi pada proses thermofiksasi atau pada pengukusan suhu
tinggi sudah masuk dan berikatan dengan serat poliesternya, sehingga tidak
banyak dipengaruhi oleh larutan pereduksi zat warna bejana.

Campuran zat warna dispersi dan zat warna bejana tentu saja hanya dapat
dilakukan dengan proses dua tahap. Berikut contoh resep capnya.

Pasta zat warna dispersi
- Zat warna dispersi x g
- Air 150 g
- Tiodietilen glikol (glycine) A 30 g
- Anti reduksi 10 g
- Pengental y g
  ______
 Jumlah 1.000 g
Pasta zat warna bejana
- Zat warna bejana   x g 
344

- Air    200 g
- Pengental   y g
   ______
 Jumlah 1.000 g

Pasta cap dicampurkan pada waktu akan proses pencapan, dengan
perbandingan kedua zat warna disesuaikan dengan perbandingan jumlah
poliester dan selulosanya.

Setelah pencapan, pertama-tama dilakukan pengukusan tekanan tinggi (1300
C,
30 menit) atau termofiksasi (190 – 2000
C, 50 – 40 detik), zat warna dispersi
terfiksasi pada serat poliesternya.  Kemudian kain melalui larutan padding yang
berisi zat pereduksi Na sulfoksilat formaldehid 100 g/l, natrium hidroksida 380

120 g/l dan garam glouber 100 g/l atau ditambah boraks 10 g/l, diikuti dengan
proses pengukusan kedua (Flash age) 1050
C 50 detik dilanjutkan proses
pengoksidasian untuk zat warna bejana dan washingg off.  Proses pencucian
reduksi yang bertujuan menghilangkan zat warna dispersi pada permukaan
serat poliester dan pada serat kapas, sudah tidak perlu lagi dilakukan sehingga
dapat mengurangi biaya proses.

Pencapan dengan campuran zat warna dispersi dan zat warna bejana
menghasilkan ketahanan zat warna yang baik sekali terutama ketahanan
cucinya.

Campuran zat warna dispersi dan zat warna bejana larut
Kain campuran poliester/kapas dapat pulu dicap dengan campuran zat warna
dispersi dan bejana larut. Ketuaan warna dan ketahanan zat warnanya hampir
sama dengan yang dicapai oleh zat warna bejana. Akan tetapi proses
pengukusan dua tahap seperti halnya pada campuran zat warna dispersi
terfiksasi pada pengukusan pertama, zat warna bejana larutnya dibangkit
dalam larutan asam nitrit/asam sulfat. Proses pencapan cara ini jarang
dilakukan, karena pertimbangan biaya yang lebih mahal.

10.6.4. Zat Warna Dispersi Khusus

Pencapan dengan zat warna dispersi khusus yang disebut proses Dybln atau
proses Cellestren A, menggunakan sejenis zat warna dispersi yang dapat
mewarnai baik serat poliesternya maupun serat kapasnya.
Pewarnaan pada serat poliesternya berjalan seperti halnya bila menggunakan
zat warna dispersi biasa.  Pewarnaan pada serat kapasnya harus
menggunakan suatu zat pelarut/zat penggelembung yang dapat
menggelembungkan serat kapas, sehingga zat warna dispersi dapat masuk ke
dalam pori-pori serat kapas.  Zat penggelembung yang digunakan adalah zat
pelarut yang mempunyai titik didih tinggi, seperti glikol atau derivat glikol, yang
tidak gampang menguap di dalam larutan. 

Setelah pencapan kain dikeringkan kemudian dipanaskan pada suhu hampir
2250
C.  Pada saat kain dikeringkan untuk menghilangkan kandungan airnya, 
345
zat pelarutnya menggantikan tempat air dan bertindak sebagai
penggelembung.  Selama pemanasan pada suhu tinggi, zat warna larut dalam
zat pelarut organik tersebut dan terjadi difusi zat warna ke dalam serat
selulosa.  Selanjutnya selama pemanasan di atas 2000
C, zat warna berdifusi ke
dalam serat poliester, sehingga kedua serat terwarnai.

Pada saat kain didinginkan, setelah meninggalkan mesin Thermosol, Hot Flue
atau Stenter, zat warna terendapkan yang akan larut hanya pada suhu tinggi
dan terperangkap pada gugus kristalin dan di sela-sela serat selulosa, sedang
zat pelarutnya dapat dihilangkan pada proses pencucian.  Pada saat itu hilang
juga zat warna yang masih larut dalam zat pelarut atau zat warna yang
terendapkan pada gugus kristalin yang ukurannya terlalu kecil dan merupakan
zat warna sisa yang terperangkap.  Pada suhu di bawah 1250
C tidak terjadi
proses pewarnaan.  Bagian selulosanya terwarnai pada suhu sekitar                  
140 - 1800
C.  Pada saat itu kekuatan dari zat pelarut paling tinggi.  Bagian dari
serat poliesternya mulai terwarnai/ternodai pada suhu 1750
C, kebanyakan
proses ini dilakukan di atas 1800
C yaitu pada suhu 2200
C.
Derajat kelarutan dan koefisien difusi dari masing-masing zat warna adalah
sama, yang harus diperhatikan adalah suhu fiksasi yang harus tepat, karena
berpengaruh kepada ketahanan luntur warna. Antara 10 – 20% zat pelarut
yang digunakan akan menguap pada saat fiksasi udara panas, 80 – 90%
terbuang pada saat pencucian. Di dalam air buangan tidak menyebabkan
gangguan, karena tidak berwarna, dapat terurai lagi dan tidak beracun untuk
ikan. Untuk zat pelarut disarankan menggunakan derivatif/polietilena oksida
dan polipropilena oksida, seperti trietilena glikol, dengan berat molekul antara
300 – 600, dengan susunan sebagai berikut :
( ) 1 2 0 RCHCHR M − − − − 
   
  1 2 + nHCn 
Dimana :
n = 0 untuk derevatif polietilena oksida
n = 1 untuk derevatif polipropilena oksida
m = 2 – 25 untuk derevatif polietilena oksida
m = 4 – 12 untuk derevatif polipropilena oksida

Dikenal juga poliglikol 600, dimana 600 merupakan berat molekul dari poliglikol.
Juga dapat digunakan ester dan eter dari poliglikol seperti : β - fenoksietanol.
Pada saat ini pencapan serat campuran poliester/selulosa dengan zat warna
dispersi khusus Cellestren A dapat dilakukand dengan menggunakan zat
pelarut khusus Glyezin CD.  Banyaknya Glyezin CD yang dibutuhkan
tergantung pada perbandingan serat poliester dan serat selulosa yang
terkandung di dalam campuran, berat dari masing-masing campuran serat dan
konstruksi kainnya.

Sifat-sifat Glyezin CD :
1. Larut dalam air 
346

2. Dapat melarutkan zat warna Cellestren dalam jumlah banyak pada suhu
fiksasi
3. Mempunyai titik didih yang tinggi
4. Stabil dan tidak jreaktif pada kondisi pengerjaan
5. Tidak berwarna
6. Tidak beracun

Untuk mendapatkan hasil cap yang baik, pengerjaan pendahuluan pada bagian
selulosanya harus sempurna. Kain harus mempunyai daya serap yang baik dan
rata, terutama bagian selulosanya dan harus sudah siap untuk
digelembungkan. Pengerjaan merserisasi untuk erat kapas atau kostisasi untuk
rayon dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lembut. Penambahan
Glyezin CD untuk proses pencapan dengan zat warna Cellestren A dapat
dikerjakan dengan 2 macam :


1) Metode satu langkah
Yaitu Glyezin CD diambahkan langsung ke dalam pasta pencapan (pasta cap
dan glyezin CD) kemudian digunakan proses pencapan.  Apabila digunakan
pengental polivinil alkohol, pengental jenis ini akan bereaksi dengan Glyezin
CD. Untuk mencegah reaksi ini, dapat ditambahkan asam sitrat ke dalam
pengental polivinil alkohol sampai mencapai pH 5. Jenis alat cap yang dipakai,
akan mempengaruhi banyaknya Glyezin CD yang diberikan.

Tabel berikut adalah jumlah Glyezin CD yang diperlukan sesuai dengan %
kapas yang ada dalam kain campuran dengan berat 80 – 120 g/m2
, yang
dikerjakan pada laat cap kasa datar.

Tabel 10 – 6
Jumlah Glyezin CD Sesuai % Kapas Dalam Campuran

Kapas dalam kain  Glyezin CD
20%
35%
50%
50 – 70 g/kg pasta
70 – 90 g/kg pasta
90 – 110 g/kg pasta

Serat rayon viskosa karena mempunyai kapasitas penggelembungan yang
tinggi, jumlah Glyezin CD ditambah 10 – 15% untuk camputan poliester/rayon
viskosa.  Pada pencapan rol, karena memerlukan pasta yang sedikit,
diperlukan Glyezin CD yang lebih banyak.  Selain itu kedalaman dari ukiran
juga mempengaruhi jumlah Glyezine CD yang diperlukan.

2) Metode dua langkah
Pada cara ini kain dibenam peras dulu dalam larutan Glyezine CD kemudian
dikeringkan.  Proses benam peras ini dapat dilakukan secara basah di atas
basah (Wet – on – wet), misalnya kombinasi dengan kerja pendahuluan.
Kemudian dilakukan proses pencapan. Untuk warna dasar muda zat warna 
347
disatukan dengan Glyezine CD-dipadd-dikeringkan-dicap-fiksasi-pencucian. 
Tabel berikut menunjukkan jumlah Glyezine CD sesuai dengan jumlah kapas
atau rayon viskosa dalam campuran.

Tabel 10 – 7 
Jumlah Glyezin CD Sesuai dengan Jumlah Kapas atau Rayon

 Poliester/kapas Poliester/Rayon
Viskosa
Glyezin CD  20%  23%

Berikut suatu rumus untuk menghitung jumlah Glyezine CD, pada larutan
benam peras bila diketahui perbandingan serat campuran poliester/selulosa
dan % efek peras (%WPU)

b
ca 10 ××
 = g/l Glyezine CD pada larutan benam peras

Keterangan :
a = Jumlah serat selulosa dalam campuran (%)
b = Efek peras (%)
c = Banyaknya Glyezine CD yang diperlukan (%) sesuai dengan tabel 9 – 7

Keuntungan dari metoda dua langkah adalah kompsisi dari pasta cap tidak
tergantung dari proporsi serat poliester dan serat selulosa di dalam campuran,
dan tidak tergantung dari berat kain. Selain itu akan terjadi kemampuan campur
dengan baik antara pengental dan Glyezine CD, dan sedikit resiko penodaan
zat warna yang tidak terfiksasi.

3) Pemilihan zat pengental
Pemilihan zat pengental berdasarkan :
- Kemampuan campur zat pengental dengan Glyezine CD
- Kemudahan lepas oleh pencucian setelah fiksasi pada suhu yang agak tinggi

Zat pengental yang digunakan termasuk pengental alginat atau eter guar (guar
ethers) bisa juga dikombinasikan dengan pengental eter kanji (Starch ethers)
dengan perbandingan 2 : 1.  Apabila digunakan pengental alginat, harus
ditambahkan zat penurun kesadahan air, untuk mengatur pH ditambahkan
natrium fosfat. Pengental eter guar dapat menggunakan asam organik yang
tidak mudah menguap sampai pH 5 – 6.
Contoh resep pasta pengental induk :
- Air x g
- Calgon T 3 – 5 g
- Na fosfat 5 g
- Zat anti reduksi 10 g
- Pengental alginat 10% 400 g
- Pengental eter kanji 200 g
- Luprintan HDF (penetrasi) 5 – 10 g 
348

   ________
 Jumlah 1.000 g

Luprintan HDF dimasukkan setelah campuran di atas homogen.

Resep pasta cap untuk metoda satu langkah :
- Pasta pengental induk 700 g
- Zat warna Cellestien A x g
- Glyezine CD  y g
- Air  z g
   ________
 Jumlah 1.000 g






Resep pasta cap untuk metoda dua langkah :
- Pasta pengental induk 750 g
- Zat warna Cellestren A x g
- Air  y g
   ______
 Jumlah 1.000 g

4) Fiksasi zat warna
Fiksasi zat warna Cellestren A dapat dikerjakan dengan pengukusan suhu
tinggi (high temperature steaming), dengan udara panas (hot air) dan silinder
panas (contact heat).

*Pengukusan suhu tinggi
 
 Waktu Suhu rata-rata Rentang suhu
 (menit) (
0
C) (
0
C)
 
 7 – 8 185 182 – 188
 5 – 6 190 188 – 193
 4 – 5 195 193 – 199 

* Udara panas
- Stenter selama 60 detik, pada suhu 216 – 2240
C
- Hot flue selama 90 detik, pada suhu 210 – 2160
C atau selama 120 detik, 
   pada suhu 204 – 2100
C
* Silinder panas
Selama 60 detik, pada suhu 210 – 2160
C
Setelah zat warna terfiksasi, selanjutnya diikuti dengan proses pencucian
(washing – off)

10.6.5. Campuran Zat Warna Reaktif dan Zat Warna Dispersi
 
349
Pencapan serat campuran poliester/selulosa dapat dilakukan dengan
campuran zat warna dispersi dan zat warna reaktif.  Pencapan ini dapat
menghasilkan warna putih yang bersih dan standar ketahanan yang cukup
tinggi.  Pada pencapan menggunakan campuran zat warna dispersi dan zat
warna reaktif ini yang perlu dipikirkan adalah fiksasi zat warna reaktif tanpa
alkali.  Adanya alkali pada pasta cap akan mengganggu fiksasi zat warna
dispersi pada serat poliester, juga adanya alkali ini akan mengikis serat
poliesternya.  Untuk menghindari masalah tersebut dapat dililih zat warna
dipsersi yang tahan terhadap alkali, atau diupayakan penggunaan alkali untuk
fiksasi zat warna reaktif seminimal mungkin.

Pencapan serat selulosa dengan zat warna reaktif secara klasik, menggunakan
urea dan soda kue (NaHCO3).  Pada pencapan serat campuran, kedua zat
tersebut masih digunakan. Praktisi cap melaksanakannya dengan
menggunakan jumlah alkali sekecil mungkin dengan tidak mengurangi fiksasi
zat warna dispersi pada bagian poliesternya.  Pada pencapan ini penggunaan
soda abu (Na2CO3).  Pada pencapan serat campuran, kedua zat tersebut
masih digunakan.  Praktisi cap melaksanakannya dengan menggunakan
jumlah alkali sekecil mungkin dengan tidak mengurangi fiksasi zat warna reaktif
pada bagian selulosanya, dan tidak mengganggu fiksasi zat warna dispersi
padabagian poliesternya.  Pada pencapan ini penggunaan soda abu (Na2CO3)
dan soda kostik (NaOH) sejak awal dihindarkan atau tidak digunakan.
Cara fiksasi dapat dilakukan dengan udara panas (thermosoling) atau dengan
pengukusan suhu tinggi.  Cara pengukusan suhu tinggi yaitu 7 menit 1750
C,
hasilnya lebih baik daripada cara udara panas.

Adanya urea pada pasta cap, seperti halnya Glyezin CD pada pencapan
menggunakan zat warna Cellestren A, dapat menyebabkan masuknya zat
warna dispersi ke dalam serat selulosa, yang dapat mengakibatkan penodaan
zat warna dispersi pada serat selulosa.  Adanya urea pada kondisi alkali ini
akan menyebabkan terjadinya reaksi antara zat warna dispersi dengan zat
warna reaktif.  Gugus amino dari zat warna dispersi akan bereaksi dengan
gugus Cl dari zat warna reaktif.

Reaksi ini akan mengganggu struktur dari zat warna dispersi, yang akan
menghasilkan zat warna dispersi baru yang menyimpang.  Dengan demikian
kecerahan zat warna reaktif sulit diperoleh, hasil warnanya kecoklatan
(browning effect) sehingga sulit diperoleh hasil warna berulang yang sama.

Jadi pada pencapan serat campuran poliester/selulosa menggunakan zat
warna dispersi/reaktif, metoda urea natrium bikarbonat diperoleh hal-hal
sebagai berikut :
1) Pasta cap kurang stabil
2) Adanya soda kue akan menghalangi fiksasi zat warna dispersi pada serat
poliester
3) Adanya soda kue akan mengikis serat poliester
4) Penggunaan jumlah alkali diusahakan sekecil mungkin dengan tidak
mengganggu fiksasi zat yang tahan alkali 
350

5) Harus dipilih zat warna dispersi yang tahan alkali
6) Adanya urea menyebabkan dapat masuknya zat warna dispersi ke dalam
serat selulosa
7) Kecerahan zat warna reaktif sulit diperoleh
8) Adanya urea pada kondisi alkali, akan menyebabkan terjadinya reaksi
antara zat warna dispersi dan zat warna reaktif
9) Sulit memperoleh hasil pewarnaan berulang yang sama

Metoda urea-natrium bikarbonat ini efeknya akan kelihatan sekali pada serat
viskosa rayon stapel dari kain campuran poliester/rayon. Adanya urea juga
akan mengotori peralatan terutama pada jet dyeing chamber.

Oleh karena hal-hal tersebut diatas, penggunaan metoda urea-natrium
bikarbonat tidak disukai. Setelah diteliti dengan berbagai percobaan,
diketemukan suatu cara baru untuk menanggulangi kelemahan-kelemahan
metoda urea-natrium bikarbonat. 
Cara pencapan ini disebut metoda natrium formiat, yang menggunakan natrium
formiat sebagai pengganti urea dan natrium bikarbonat. Pada suhu fiksasi
natrium formiat ini akan pecah menjadi asam yang akan membantu fiksasi zat
warna dispersi pada serat poliester. Setelah asam yang keluar semuanya telah
digunakan untuk fiksasi zat warna dispersi, kemudian alkali yang keluar akan
digunakan untuk fiksasi zat warna reaktif pada serat selulosa. Dengan metoda
natrium formiat ini semua kelemahan dari metoda urea-natrium bikarbonat
dapat dihindarkan. 

Pada pencapan metoda natrium formiat ini kenyataannya penggunaan minyak
tanah (white spirit) pada pengental dapat menghasilkan pewarnaan yang
maksimal. Pasta cap menggunakan pengental semi emulsi. Apabila hanya
menggunakan pengental natrium alginat saja, bagian dari selulosanya sedikit
ternodai. Pengental eter biji locust, di samping menghasilkan pewarnaan yang
maksimum, biasanya menghasilkan warna yang buram di samping penodaan
pada bagian selulosanya. Sehubungan dengan sifat-sifat kedua pengental
tersebut, hal ini berpengaruh baik pada serat selulosa murni, maupun pada
campurannya.

*Pengental induk yang baik campurannya sebagai berikut :
- Pengental alginat viskositas rendah (10%) 400 g
- Pengental eter biji locust eter (5%) 250 g
- Emulsifier DMR 10% (zat pengemulsi) 50 g
- Ludigol 1 : 2 (anti reduksi) 30 g
- Air 120 g
- Minyak tanah 150 g
  ______
 Jumlah 1.000 g

* Adapun pasta capnya mempunyai komposisi sebagai berikut :
- Zat warna dispersi x g
- Zat warna reaktif y g 
351
- Air hangat 350
C  (x+ y) x 2 g
- Natrium formiat  20 g
- Pengental induk  750 g
- Penyeimbang (balance0  {230 – (x + y) x 3} g
  ________________
 Jumlah 1.000 g

Setelah dicap dengan pasta cap tersebut, kain dikeringkan kemudian difiksasi
dengan pengukusan suhu tinggi (festoon age) selama 8 menit pada suhu
1800
C, atau dengan udara panas pada mesin Stenter selama 1 menit pada
suhu 2100
C.

Penguraian natrium formiat menjadi asam formiat dan alkali dimulai pada suhu
di atas 1500
C. Mula-mula terjadi fiksasi zat warna dispersi pada serat polister
karena adanya alkali. Setelah terjadi fiksasi, dilanjutkan dengan proses
pencucian dan pengembunan seperti halnya proses pencucian pada kain
campuran poliester/selulosa menggunakan zat warna campuran lainnya.

Contoh nama campuran zat warna reaktif-dispersi antara lain : Drimafon R,
Procilene, Remaron Printing Dyes, Resocoton R dan Teracron. Sedangkan
cara terpisah yang disarankan Dispersol PC-Procion PC dan Dispersol T-
Procion T.

Cara Pencapan
Urutan 
Proses
Waktu
Menit
Suhu :
0
C
Alat
Zat 
Pembantu
Pencapan 
Pengeringan
Penguapan
Penyabunan




Pencucian


20 – 40
5 – 15

100
130
100




20
Kasa cap
Ruang pengering
Mesin Penguap
Mesin pencuci
bentuk lebar
Mesin pencuci
bentuk lebar








2 g/l
sabun
1 g/l
Na2CO3

10.7. Pencapan  Zat Warna Pigmen

Pencapan dengan zat warna pigmen dapat digunakan pada semua jenis serat.
Zat warna pigmen tidak mempunyai afinitas terhadap serat, maka fiksasiny ake
dalam serat diperlukan bantuan zat pengikat yaitu binder. Kekuatan ikatan
antara zat warna pigmen dengan serat tergantung pada daya ikat dari binder
yang digunakan. Oleh karena sifat fiksasi zat warna pigmen yang demikian,
maka zat warna pigmen dapat diaplikasin pada semua jenis serat termasuk 
352

serat-serat gelas. Ditinjau dari segi ekonomis, metoda pencapan zat warna
pigmen sangat sederhana dan murah. Proses pencucian yang dimaksudkan
untuk menghilangkan sisa-sisa zat warna, pengental dan zat-zat pembantu,
tidak diperlukan pada metoda pencapan pigmen. Oleh sebab itu metoda ini
sangat luas digunakan dalam industri.

Dalam perkembangannya, saat ini sudah banyak diproduksi selain zat warna
pigmen sintentik juga binder sintentik yang lebih menjamin hasil cap sesuai
keinginan. Demikian pula halnya dengan penggunaan pengental, dari mulai
pengental alam berkembang menjadi pengental emulsi air dalam minyak (w/o),
kemudian emulsi minyak dalamair (o/w) dan pada akhirnya pengental sintetis.

Komponen pasta cap pigmen didasarkan pada tiga hal penting, yaitu : dispersi
zat warna pigmen, binder dan zat pembantu ikatan silang, serta pengetal yang
sesuai. Hasil pencapanpigmen yang baik ditandai dengan tingkat kecerahan
yang tinggi, sifat pegangan yang tidak kaku dan sifat daya ketahanan yang
tinggi terhadap gosok danpencucian.

Zat warna pigmen adalah zat warna yang tidak larut dalam air, diperdagangkan
dalam bentuk terdispersi kerap disebut juga emulsi pigmen. Terutama dibaut
dari bahan baku sintetis, selain tersedia cukup banyak warna-warna, untuk
pigmen putih digunakan bahan dasar titanium dioksida, campuran kupro dan
alumunium untuk warna metalik serta besi oksida untuk mendapatkan warna
kecoklatan. Dalam melakukan pemilihan zat warna pigmen yang penting
diperhatikan selain harganya juga sifat-sifat ketahanan lunturnya,
kecerahannya dan kekuatan pewarnaannya.

Pasta cap yang digunakan sebaiknya mempunyai sifat reologi seperti plastik,
dapat dipindahkan pada tekstil dengan mudah tetapi penetrasinya terbatas.
Jika terjadi perakelan pasta akan mengencer dan setelah perakelan kembali
menjadi solid pada permukaan kain, sehingga tidak berpenetrasi lebih jauh ke
dalam tekstil hanya tinggal di permukannya saja, sehingga menghasilkan
tingkat pewarnaan yang lebih baik.

Pada penggunaan pengental dispersi, untuk menghindari ketidakrataan warna
pada pencapan kain-kain halus dan kain-kain hidrofob dan juga terjadinya
screen fram marks, dapat dikombinasikan dengan pengental koloid (misal dari
jenis eter selulosa) yang mengurangi efek pecahnya lapisan pasta cap. Namun
demikian perlu tetap diperhatikan efek pegangan kaku jika penambahan
pengental koloid semakin besar.

Resep pasta cap zat warna pigmen
Perbandingan jumlah zat warna terhadap binder adalah penting untuk
menghasilkan sifat ketahanan luntur warna, bahkan untuk jumlah pigmen paling
sedikit misalnya 1 g pigmen per kg pasta, diperlukan lapisan binder pengikat
dengan ketebalan sedikitnya 5 milimikrom, hal ini berarti minimum kira-kira 7%
binder di dalam pasta. Penambahan pigmen diperlukan kira-kira 1,5 – 2 kali
jumlah berat pigmen tersebut.

Perhitungan dapat dijelaskan sebagai berikut : 
353
x g pasta pigmen (mengandung 30-40% pigmen) diperlukan :
80 g + 1,6 x g binder (kandungan solid 40%)

Resep pasta cap dapat ditulis sebagai berikut :
X g pasta pigmen (zat warna pigmen) dicampur dengan :
100 – 5x/g pasta pengental mengandung 8% binder (reduction thickener) dan
3x/2 g binder.


Misalnya x = 40 g, maka resep pasta cap tersebut dapat ditulis sebagai berikut
:
-  Zat warna pigmen 40 g
-  Pasta pengental  900 g
mengandung 8% 
binder (reduction
thickener)
-  Binder 60 g
Jumlah 1.000 g

Sedangkan resep pasta reduction thickener, adalah sebagai berikut :

  Pengental emulsi Pengental sintetik
- Air  x g  y g
- Diamonium fosfat  5 – 8 g  -
- Softener  0 – 5 g  5 – 20 g
- Zat anti busa  -  2 – 3 g
- Urea/gliserin  10 – 25 g  0 – 10 g
- Zat pengemulsi  5 – 8 g  0 – 3 g
- Pengental sintetis  -  7 – 10 g
- Binder  80 g  80 g
- Zat penguat ikatan silang (fixer) 0 – 5 g  2 – 5 g
- Minyak tanah  650 – 700 g  -
  1.000 g  1.000 g

1.  Pencapan dengan  zat warna pigmen Aridye
Zat warna Aridye didagangkan dalam bentuk pasta yang telah  dicampur
dengan resin. Contoh resep pasta-capnya yaitu:

35 g zat warna pigmen Aridye
270 g  shellars (petroleum)
695 g  air
1000 g pasta cap

zat warna pertama dimasukkan ke dalam  shellras sedikit demi sedikit sambil
diaduk kemudian ditambahkan air panas 60°C dan diaduk sampai campuran
menjadi homogen.
 
354

Kain setelah dicap dikeringkan kemudian dipanggang (curing) selama 3 menit
supaya zat pengikatnya berpolimer sehingga zat warna dapat terikat pada
serat. Untuk mengurangi kekakuan, dilakukan penyeterikaan dengan mesin
kalander. Untuk menghilangkan zat warna yang tidak terikat, kain dapat dicuci
dengan sabun sebelum diseterika. Penyabunan akan memperbaiki tahan luntur
warna terhadap gosokan.

2.  Pencapan dengan zat warna pigmen Orema
Pasta cap dari zat warna pigmen Orema terdiri dari zat warna, air, zat pengikat,
katalis, dan pengental. Untuk memperbaiki tahan luntur warna terhadap
pencucian dan gosokan, maka perbandingan jumlah zat warna dan zat
pengikat harus sesuai. Pemanggangan dikerjakan pada suhu 140°C selama 10
menit atau pada suhu 200°C selama 10 detik.

Resep pasta cap orema untuk Orema 180/100 yaitu:

Zat warna Orema pasta      200 g
Zat warna Orema bubuk        -
Zat warna Orema bubuk A    -
Sikloheksanol-butanol  5 g
Air 117g
Orema binder H 180 g
Amonium rodanida 1:1 18 g
Pengental emulsi 480 g
Pasta Cap  1000 g

Zat warna Orema pasta         -
Zat warna Orema bubuk      80 g
Zat warna Orema bubuk A     -
Sikloheksanol-butanol  4 g
Air 238 g
Orema binder H 180 g
Amonium rodanida 1:1 18 g
Pengental emulsi 480 g
Pasta Cap  1000 g

Zat warna Orema pasta         - 
Zat warna Orema bubuk        -
Zat warna Orema bubuk A 100 g
Sikloheksanol-butanol  4 g
Air 218 g
Orema binder H 180 g
Amonium rodanida 1:1 18 g
Pengental emulsi 480 g
Pasta Cap  1000 g 
355
Setelah dicap, kain dikeringkan kemudian dipanggang pada suhu 140°C
selama 10 menit, dicuci dengan larutan 0.5 gram natrium karbonat per liter
pada suhu 40°C, dibilas, dikeringkan, dan diseterika. 

Zat warna Orema 240/200 khusus untuk pencapan dengan rol (roller printing).
3. Pencapan dengan zat warna Printofix
Pasta cap dari zat warna pigmen Printofix terdiri dari zat warna, Finish EN,
Printofix PF 55 dan pengental Printofix.

Zat warna pigmen Printofix diperdagangkan dalam bentuk pasta atau bubuk.
Pemastaan bentuk bubuk dilakukan dengan air dingin. Finish EN berguna
sebagai katalis dalam polimerisasi kondensasi. Printofix PF 55 bekerja sebagai
pengikat zat warna pada serat, yang dapat dibuat emulsi dengan alkali lemah
sehingga dapat dicampur dengan pasta. Apabila pada pencapan dipakai bubuk
brons atau seng maka untuk warna emas atau perak disamping digunakan
Printofix PF 55, digunakan pula printofix PD.

Pengental Printofix dibuat dari Printofix Thickener 3 conc dengan resep:

240 – 450 g  Printofix Thickener 3 conc; dibuat pasta dengan
650 – 150 g air;kemudian ditambah
100 – 150 g amonia 25%  1: 9

 1000 g pasta pengental
Penambahan air mula-mula dilakukan perlahan-lahan supaya cempuran pasta
menjadi homogen. Kekentalan pasta Printofix bergantung pada jumlah Printofix
Thickener 3 conc yang digunakan
Contoh resep pasta cap yaitu:

Zat warna printofix pasta 50 g
Finish EN 30 g
Pengental Printofix 710 g
Printofix PF 55 200 g
Amonia 25% 10 g

  Pasta cap : 1000 g

Zat warna printofix pasta 50 g
Finish EN 30 g
Pengental Printofix 510g
Printofix PF 55 400 g
Amonia 25% 10 g

  Pasta cap : 1000 g  

Zat warna printofix pasta 100 g
Finish EN 30 g
Pengental Printofix 410 g
Printofix PF 55 450 g 
356

Amonia 25%  10 g

  Pasta cap : 1000 g

Zat warna dicampur dengan Finish EN; kemudian pengental dan Printofix PF
55 ditambahkan. Penambahan amonia dimaksudkan untuk menjaga agar pasta
cap bersifat sedikit alkali.

Pasta reduksi dapat dibuat dari pengental Printofix dengan penambahan 20
gram Finish EN setiap 1000 gram pengental.  Resep berikut menunjukkan
variasi pemakaian zat-zat dalam pasta cap. Tahan luntur warna hasil pencapan
bergantung pada jumlah Printofix PF 55 yang dipakai. Makin banyak makin baik
tahan luntur warnanya.

Zat warna Printofix pasta 5 g
Finish EN 20 g
Pengental Printofix 930 g
Printofix PF 55 35 g
Amonia 25% 10 g

 1000 g

Zat warna Printofix pasta 20 g
Finish EN 20 g
Pengental Printofix 810 g
Printofix PF 55 140 g
Amonia 25% 10 g

 1000 g
 
Zat warna Printofix pasta 40 g
Finish EN 20 g
Pengental Printofix 650 g
Printofix PF 55 280 g
Amonia 25% 10 g

 1000 g

Zat warna Printofix pasta 60 g
Finish EN 30 g
Pengental Printofix 480 g
Printofix PF 55 420 g
Amonia 25% 10 g

 1000 g

Zat warna Printofix pasta 80 g
Finish EN 30 g
Pengental Printofix 320 g 
357
Printofix PF 55  560 g
Amonia 25%  10 g

 1000 g
Zat warna Printofix pasta 100 g
Finish EN  30 g
Pengental Printofix 160 g
Printofix PF 55  700 g
Amonia 25%  10 g
 1000 g
kain setelah dicap, dikeringkan kemudian dipanggang pada suhu 140°C-150°C
selama 5 menit. Pencapan dengan zat warna Printofix tidak perlu diuap atau
dicuci  sabun. Untuk mendapatkan pegangan lemas, kain peru dikalander.

4.  Pencapan dengan zat warna pigmen Helizarin
Contoh resep pasta cap dengan zat warna pigmen Helizarin yaitu:

20 – 20     g Condesol A 1:1
55 – 75     g zat warna Helizarin
900 – 900 g Helizarinbinder D
25 – 5       g air
1000  g pasta cap

untuk mencap putih dengan Helizarin diperlukan 220 gram zat  warna tiap
kilogram pasta cap; dan untuk mencap hitam dengan Helizarin Black T
diperlukan 100 gram zat warna tiap kilogram pasta cap tanpa mengurangi
jumlah Helizarin binder D yang berguna sebagai pengikat zat warna pada serat.
Kain setelah dicap dikeringkan kemudian dipanggang pada suhu 140°C selama
5 menit.  Seperti halnya zat warna pigmen Printofix, zat warna Helizarin tidak
perlu dicuci dan sebagainya.

5.  Pencapan dengan zat warna pigmen Acramin
Zat warna pigmen Acramin mempunyai tahan luntur terhadap sinar matahari
yang baik. Karena tahan luntur warna terhadap pencucian cukup, maka pada
umumnya zat warna ini digunakan untuk pencapan kain gorden, perhiasan
dinding, alas meja, dan lain-lainnya.

Cara pencapan zat warna pigmen Acramin dapat dibagi menjadi tiga, yakni
cara F, cara SLN, dan cara SLN + CA 3187.

1). Pencapan cara F
Pencapan cara F digunakan untuk kain kapas.Fiksasi zat warna terjadi pada
suhu kamar dalam waktu 7 – 10 hari, sehigga setelah dikeringkan, kain dapat
langsung dikanji dan dikalender.

Contoh resep pasta capnya yaitu :
Zat warna acramin  5  10  15  20  25  30  80 
Acramin PWR 10% 50 60 70 80 90 100 200
Acramol W 50 60 70 80 90 100 200 
358

Urea  50 50 50 50 50 50 50
Acrapon A  835 810 780 750 725 700 440
Acrafix FH 10 10 10 10 10 10 10
   1000 g pasta cap

Resep Acramin FWR 10%

100 g Acramin FWR bubuk, dibuat pasta dengan
700 g air dingin;kemudian ditambah
200 g asam asetat 33% sdikit demi sedikit sambil diaduk.

1000 g larutan

Larutan ini didiamkan satu malam.
Sedangkan resep Acrapon A (pengental emulsi) :
       10 – 10 g Emulgator W
     50 – 110 g Tylose MH 50%
215g – 165  g air
725g – 725  g minyak tanah

  1000 g  pasta larutan

Kedalam air ditambahkan Tylose MH 50% dan Emulgator W, kemudian diaduk
dengan mesin mixer dengan putaran tinggi ( 2000-3000 putaran per menit),
setelah itu dimasukkan minyak tanah sedikit demi sedikit sambil terus diaduk.
Setelah semua minyak tanah ditambahkan pengadukan dilanjutkan terus
selama 15 menit.

2). Pencapan cara SLN
Pencapan cara SLN digunakan khusus untuk kain kapas.
Sebagai pengikat digunakan Acramin SLN. Jika digunakan Acramin SLN 30%
jumlah yang digunakan dapat dikurangi sebanyak 30%.
Contoh resep pasta capnya yaitu :

Zat warna Acramin  5 10 15 20 25 30 80
Acramin SLN  50 65 80 100 120 135 175
Acrapon A   915 890 865 835 810 790 700
Acrafix M   5 10 15 20 25 30 80
Diamonium fosfat 1:2 25 25 25 25 25 25 25
1000 g pasta cap

Sedang resep Acrapon A (pengental emulsi) yaitu:
 10   g Emulgator W
  50 - 100 g Manutex RS 5%
 215 -165 g air
 725 g minyak tanah
1000g Emulsi
 
359
Kedalam air dtambahkan Manutx RS dan Emulgator W dan diaduk dengan
mesin mixer dengan putaran tinggi (2000-3000 putaran per menit). Sedikit demi
sedikit minyak tanah dimasukkan sambil di aduk cepat. Setelah semua minyak
tanah dimasukkan pengadukan dilanjutkan selama 15 menit. 
Sebagai pengganti Manutex RS dapat digunakan Tylose C 600, CMC, tragan
atau lainnya.  Kain setelah dicap, dikeringkan, kemudian dipanggang pada
suhu 120° - 130°C selama 2- 3 menit.

3). Pencapan Cara SLN + CA 3187
Pencapan cara SLN + CA 3187 digunakan khusus untuk kain dari serat buatan
dan campuran dengan kapas atau rayon. Contoh resep pasta capnya yaitu :

Zat warna acramin  5  10  15  20  25  30  80
Acramin SLN   35  45  55  65  80  90  115
Acramin CA 3187  15  20  25 35  40  45  60
Urea    25  25  25  25  25  25  25
Acrapon A   890  865  840  810  785  765  675
Acrafix M    5  10  15  20  25  30  80
Diamonium fosfat 1:2  25  25  25  25  25  25  25
   1000 g pasta cap

Sedang resep Acrapon A (pengental emulsi)
  10 g Emulgator W
100 g Tylose C 600 5%
215 g air
725 g minyak tanah
1000 g Emulsi

Untuk memperoleh hasil pencapan yang lemas dianjurkan memakai Emulgator
3240. jika menggunakan Emulgator VA, maka tidak diperlukan Tylose C 600.
pemakaian Emulgator VA sebanyak 20 – 25 g/kg emulsi atau Emulgator W 10
g/kg ditambah Emulgator VA 15 g/kg.  Kain setelah dicap dikeringkan,
dipanggang pada suhu 120 - 130°C selama 2 – 3 menit.

6.  Pencapan dengan zat warna pigmen Alcian
Zat warna Alcian merupakan pigmen mineral. Penggunaannya dalam
pencapan tidak menggunakan zat pengikat karena zat warna ini mempunyai
daya ikat terhadap serat. 

Contoh resep pasta-capnya yaitu:

  10 g zat warna Alcian
  10 g asam susu 80%
  10 g natrium fosfat kristal
  70 g air dingin
150 g  air panas 40°C
650 g  pengental tapioka-tragan
  50 g natrium asetat kristal 
360

  50 g air
1000 g pasta cap

Kain setelah dicap dikeringkan kemudian diuap, dibilas, dimasak dengan
sabun, dibilas lagi dan dikeringkan.  Pada waktu sekarang zat warna Alcian
baru ada dua, yakni warna biru dan hijau.

7. Pencapan dengan zat warna pigmen Neopralac
Zat warna Neopralac merupakan suatu dispersi pigmen dengan ukuran zarah
kecil, mempunyai kuat warna yang tinggi serta ketahanan luntrnya terhadap
sinar baik.

Neopralac Binder conc, Diluted Binder ataupun Reduction Binder merupakan
suatu emulsi minyak dalam air yang khusus  digunakan untuk pencapan zat
warna Neopralac pada bermacam-macamjenis serat. Zat pengikat tersebut
merupakan resin dengan bermacam-macam kepekatan. 

Pasta cap dibuat dengan mencampurkan zat warna Neopralac dengan
Neopralac Binder PN, Neopralac Fixer dan katalis. Resep pasta cap untuk
pencapan rol yaitu :

 Diluted  reduction 
Neopralac Reduction Binder PN 670 g  270 g
Neopralac Binder PN conc. 200 g    -  
Neopralac Diluted Binder PN   -  600 g
Neopralac Fixer (Resinfocater AC)  30 g    30 g
Neopralac Colours (zat warna)  80 g    80 g
Katalis   20 g    20 g  
     Pasta cap      1000 g

Resep Neopralac untuk warna hitam atau emas yaitu:   
  Pencapan rol Pencapan kasa
  A B A B
Neopralac Reduction Binder PN600 - 750 450
Neopralac Binder PN Conc. 250 - 150 -
Neopralac Diluted Binder PN - 850 - 450
Neopralac Fixer (Reinfocater
AC)
40 40 30 30
Neopralac Black BB atau 3 B.D 80 80 50 50
Katalis  30 30 20 20
       1000 g pasta cap






 
361



Resep Neopralac warna putih yaitu:
 Pencapan rol Pencapan kasa
Neopralac white ND 600-200 400-100
Neopralac Diluted
Binder PN
340-740 540-840
Katalis diamonium
fosfat 1:3
60-60 60-60
              1000 g pasta cap
Resep pengental amulsi tanpa resin yaitu:
Air 100 g
Inchrome Salt P   20 g
White Spirtus 880 g
    100 g pasta emulsi

Sedang resep pengental emulsi dengan resin yaitu:
 Diluted reduction 
Neopralac Reduction Binder PN 400 g 120 g
Air 100 g   70 g  
Inchrome Salt P (Permisol AP)   -   20 g
Minyak tanah  500 g 790 g
  1000 g pasta emulsi

Kedalam air dimasukkan Neopralac  Binder PN conc. danInchrome Salt P atau
Permisol AP sambil diaduk cepat dengan putaran 2000 – 3000 per menit.
Kemudian dimasukkan kedalamnya minyak tanah sambil diaduk. Setelah
semua minyak tanah dimasukkan pengadukan dilanjutkan selama 10 - 15
menit.

Kain setelah dicap dikeringkan dan kemudian difiksasi. Proses fiksasi (curing)
merupakan reaksi polimerisasi zat pengikat yang berjalan dalam suasana
panas. Proses ini disebut juga pemanggangan karena panas atau pemanas-
awetan karena setelah berpolimer zat pengikat tidak mudah lpas. Pemanas-
awetan dapat dilakukan dalam kondisi sebagai berikut :
 Waktu  Suhu
 20 menit 120°C
   5 menit 140°C
   2 menit 160°C
   1 menit 180°C

Untuk zat warna Neopralac white ND pemanas-awetan maksimum pada suhu
140°C atau diuap biasa pada suhu 100°C selama 7 menitt. Bahan setelah
mengalami pemanas-awetan tidak perlu dicuci dan disabun
Baca Selengkapnya Pencapan Serat Sintetik